Aku Berfikir, Maka Aku Ada

Sunday, November 6, 2016

QUANTUM TEACHING


QUANTUM TEACHING


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Pada hakekatnya, mengajar adalah suatu proses dimana guru dan murid menciptakan adanya keterkaitan dalam suatu pembelajaran. Dan untuk menciptakann  hal tersebut, tentu diperlukan model-model pembelajaran yang baik.
Model pembelajaran sendiri adalah suatu deskripsi dari lingkungan belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, desain unit-unit pelajaran dan pembelajaran , perlengkapan belajar, pelajaran , bulu-buku kerja, program multimedia, serta bantuan belajar melalui program komputer. Banyak sekali model pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru dalam menyampaikan pelajarannya. Agar murid mudah memahami sehingga memperlancar dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Di dalam makalah ini kami tidak akan membahasa satu per satu macam-macam model pembelajaran kecuali hanya Quantum teaching. Dengan kata lain makalah ini akan membahas “model pembelajaran quantum teaching” saja. Untuk lebih lanjut, berikut ulasannya.
B.       Rumusan pembahasan
1.      Apa yang dimaksud dengan Quantum Teaching?
2.      Bagaimana asas dalam model Quantum Teaching?
3.      Apa saja prinsip dalam model Quantum Teaching?
4.      Bagaimana rancangan model Quantum Teaching?
5.      Bagaimana  impementasi Quantum Teaching dalam pembelajaran PAI?
6.      Apa saja tujuan pembelajaran Quantum Teaching
7.      Apa yang menjadi kelemahan dan kelebihan Quantum Teaching?
C.      Tujuan pembahasan
Agar kita sebagai seorang guru mengetahui model Quantum Teaching sehingga bisa mengaplikasikannya dalam suatu pembelajaran.
BAB II
Pembahasan
A.      Pengertian Quantum teaching
Quantum didefinisikan sebagai interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi.[1] Jadi pembelajaran Quantum adalah merancang berbagai macam interaksi dalam proses pembelajaran dan sekitarnya agar mampu mengubah kemampuan dan bakat alami siswa menjadi “cahaya” yang akan bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain.[2] Sedangkan teaching adalah mengajar. Quantum teaching adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa dalam pembelajaran.[3]
Model pembelajaran Quantum Teaching adalah model dimana suatu pembelajaran dalam satu mata pelajaran yang terkesan menyeramkan bisa jadi menyenangkan. Bahkan bisa saja dikatakan murid tidak menyadari kalau dia sedang dalam keadaan belajar. Model ini disebut juga dengan “model instrument”. Hal tersebut dikarenakan model ini memang berawal dari penelitihan seseorang. Yang mana pada saat itu orang tersebut melihat seorang maestro memimpin orkes musik dengan alat music yang berbeda-beda namun bisa menghasilkan irama atau simfoni lagu yang indah.
Begitu juga dalam pembelajaran. Dengan berbagai karakter anak yang berbeda-beda dan dibantu dengan model pembelajaran ini, bagaimana guru bisa membuat suasana kelas yang asyik dan menyenangkan tapi tidak mengurangi kefahaman pada murid. Jadi jika guru ingin menggunakan model pembelajaran ini, hendaknya guru mengetahui secara hampir sempurna tentang keadaan perindividu dari muridnya. Dan mengeluarkan seluruh kemampuan kreatifitas yang dimilikinya. Kalau sudah tercipta suasana seperti itu maka quantum teaching yang mempunyai pengertian seperti diatas benar-benar tercipta dalam kelas tersebut.
B.       Asas dalam model quantum teaching
Dalam model pembelajaran quantum teaching terdapat asas yang mendasari model pembelajaran ini, yaitu:
Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”
Dasar atau asas memiliki nilai filosofis yang mendalam. Asas tersebut tersusun dari dua kalimat yaitu:
ü  Bawalah dunia mereka ke dunia kita
Kalimat diatas memiliki pengertian bahwa guru harus membuat jembatan yang bisa menghubungkan langsung dengan muridnya. Hal ini dilakukan dengan memahami lebih dalam tentang muridnya (per individu). Kalau guru sudah memahami muridnya maka dunia murid akan dengan mudah dia dapatkan. Intinya guru harus membuat kemistri atau ikatan atau duet yang bagus dengan muridnya.
ü  Antarkan dunia kita ke dunia mereka
Setelah asas dari potongan asas tersebut berhasil ditaklukkan, maka selanjutnya guru harus membawa murid ke dalam dunianya. Dalam artian kalau guru sudah mendapatkan hati seorang murid, selanjutnya guru harus membawa murid kedalam dunianya (keadaan belajar mengajar) yang sedang dilakukannnya. Survey membuktikkan, jika seorang guru sudah berhasil merebut hati muridnya, maka dengan mudah guru mengondisikan muridnya tersebut.
Asas ini merupakan senjata pertama yang sudah berhukum wajib dan harus dimiliki oleh seorang guru. Karena asas ini akan lebih membantu guru dalam mempermudah penyampaian materi, sehingga tujuan pembelajaran akan mudah didapatkan.


C.      Prinsip dalam model quantum teaching
Dapat disimpulkan dari asas tersebut. Bahwa model quantum teaching menggunakan prinsip-prinsip yang terdiri dari lima macam, yaitu:
1.        Segalanya berbicara
Segala dari lingkungan kelas, bahasa tubuh guru hingga rancangan pelajaran guru bisa berbicara.[4] Maksudnya lingkungan kelas dan keadaan guru itu bisa menjadi sumber belajar atau sumber penilaian. Misalnya saja lingkungan kelas yang kotor itu mencerminkan kalau penghuni kelas tersebut orang yang tidak bersih. Kemudian dari bahasa tubuh guru, murid bisa menilai mana guru yang baik dan mana guru yang tidak baik. Untuk itu lingkungan kelas dan gurunya (baik dalam hal bahasa tubuh dan cara menyampaikan materi)harus baik agar tercipta suasana yang disukai oleh murid.
2.        Segalanya bertujuan
Semuanya yang terjadi dalam proses belajar mengajar mempunyai tujuan.[5] Hal ini berarti semua perubahan yang ada pada guru ( baik dalam sikap atau strategi pembelajaran) dan lingkungan kelas itu tidak lain agar murid bisa belajar senyaman mungkin, sehingga prestasi tinggi yang diharapkan oleh guru bisa dicapai oleh murid tersebut.
3.        Pengalaman sebelum pemberian nama
Berarti sebelum mendefinisikan, siswa terlebih dahulu telah memiliki atau telah diberikan pengalaman informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama.[6] Maksudnya sebelum memulai suatu materi pelajaran, hendaknya guru memberikan pengalaman atau informasi yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan pada saat itu. Hal ini oleh guru sering dipakai ketika hendak mendeskripsikan atau mencari arti dari satu pengertian. Jadi murid diajak untuk menyumbangkan ide yang ada dalam fikirannya. Yang mana dari ide-ide tersebut (dengan bimbingan guru juga) dikumpulkan, sehingga membentuk pengertian yang mudah dicerna oleh murid.
4.        Akui setiap usaha
Belajar mengandung resiko.[7] Artinya dalam keadaan belajar, baik tenaga, fisik atau emosi semua dikerahkan. Untuk itu ketika mereka melakukan sesuatu baik itu salah atau benar, maka guru harus memberikan pujian atas usahanya. Agar semangat mereka tambah besar untuk belajar dan berusaha.
5.        Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan
Perayaan (memberikan umpan balik) mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.[8] Maksudnya ketika dalam suatu mata pelajaran ada murid yang berhasil dengan usaha kerasnya maka keberhasilan tersebut layak untuk dirayakan sebagai motivasi murid tersebut dan murid yang lain untuk lebih kerja keras dalam belajar. Perayaan disini bukan dengan pesta yang mewah, melainkan dengan tepuk tangan, hadiah sederhana ataupun pujian.
D.      Rancangan model quantum teaching
Quantum Teaching menawarkan rancangan pembelajaran yang berprinsip serta memberdayakan potensi siswa dan kondisi di sekitarnya. Rancangan-rancangan tersebut adalah:
1.        AMBAK
AMBAK adalah suatu teknik penting dalam Quantum Teaching. AMBAK merupakan singkatan dari APA MANFAAT BAGIKU”. Teknik ini menekankan bagaimana sedapat mungkin bisa menghadirkan perasaan dalam diri siswa bahwa apa yang mereka pelajari akan memberikan manfaat yang besar. Secara terperinci teknik AMBAK bisa dijelaskan sebagai berikut:
ü  A: APA YANG DIPELAJARI
Guru hanya menetapkan apa saja yang akan dipelajari, anak didiklah yang menetukan tema sesuai minat masing-masing.[9] Sebagai contoh pada pelajaran menggambar, guru hanya menentukan pelajaran menggambar dan para anak didik sendirilah yang menentukan tema gambar yang akan di buatnya.
ü  M: MANFAAT
Guru memberikan penjelasan tentang apa manfaat yang diperoleh dari setiap pelajaran.[10] Contohnya pelajaran tenteng berwudlu. Guru tidak hanya menjelaskan syarat sah dan rukun wudlu, tetapi lebih dari itu guru harus bisa menjelaskan kepada siswa apa hikmah yang bisa diambil dari berwudlu. Pada intinya guru harus mendorong siswa bisa memahami sesuatu situasinya yang sebenarnya sehingga siswa tertantang untuk mempelajari semua hal dengan lebih mendalam.
ü  BAK: BAGIKU
Bagiku artinya metode yang terkait dengan penjelasan guru kepada siswa tentang apa manfaat yang diperoleh siswa di masa yang akan datang setelah mempelajari bahan yang akan di ajarkan guru. Misalnya pelajaran bersuci dengan tayammum. Mungkin bagi siswa yang berada di daerah dengan pasokan air melimpah, pelajaran tayammum tidak banyak memberikan arti. Dan dalam kondisi ini, guru harus bisa menjelaskan kepada semua siswa bahwa suatu ketika model bersuci dengan tayammum pasti akan bermanfaatnya, terlebih ketika dalam suatu perjalanan tidak menemukan air atau ketika sakit yang tidak diperkenankan terkena air.
Metode AMBAK adalah cara mengawali kegiatan pembelajaran dengan terlebih dahulu memberikan penjelasan tentang apa yang akan dipelajari dan memberikan pemahaman serta penyadaran kepada siswa tentang manfaat besar yang akan didapat siswa. Selain itu kerangka AMBAK dalam model ini menunjukkan kepada kita betapa Quantum Teaching lebih menekankan pada pembelajaran yang sarat makna dan sistem nilai yang bisa dikotribusikan kelak saat anak dewasa nanti.
2.        TANDUR
Rancangan pembelajaran Quantum Teaching yang lain yang dapat digunakan adalah teknik TANDUR, yakni:
ü  T: TUMBUHKAN
Tumbuhkan minat siswa dengan mendalami “Apakah Manfaatnya Bagiku” (AMBAK) dan manfaatkan kehidupan siswa. Dengan demikian, seorang guru tidak hanya memposisikan diri sebagai pentransfer  ilmu pengetahuan saja, tetapi juga fasilitator, mediator, dan motivator.[11] Contohnya dalam mata pelajaran PAI. Guru bukan hanya bisa menjelaskan kepada siswa akan pentingnya agama. Di samping itu guru juga harus memotivasi serta memberi contoh siswa bahwa belajar agama dapat menunjang perbaikan pribadi pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
ü  A: ALAM
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. Ketika dalam suatu pembelajaran perlu adanya contoh, maka guru harus memberikan contoh secara alami atau umum. Agar semua murid mengerti dan tidak merasa dibicarakan. Sehingga keingintahuan yang mendalam pada diri murid akan apa yang diajarkan akan muncul dalam bentuk pertanyaan.
ü  N: NAMAI
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus atau strategi terlebih dahulu terhadap sesuatu yang akan diberikan kepada siswa. Guru sedapat mungkin memberikan pengantar terhadap materi yang hendak disampaikan. Hal ini dimaksudkan agar ada informasi pendahuluan yang bisa diterima oleh siswa.
Selain itu, guru diharapkan juga bisa membuat kata kunci terhadap hal-hal yang dianggap sulit. Dengan kata lain, guru harus bisa membuat sesuatu yang sulit menjadi sesuatu yang mudah. Penamaan dapat memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, megurutkan dan mendefinisikan. Penamaan merupakan informasi, fakta, rumus, pemikiran, tempat dan sebagainya. Guru menyediakn kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan sebuah masukan.[12] Penamaan juga bisa disebut dengan penyajian materi. Pada kegiatan ini guru menyampaikan materi lebih lengkap dan jelas setelah siswa mengungkapkan pengalaman yang telah didapatkan (pengalaman tersebut harus sesuai dengan materi), sehingga penanaman siswa tentang materi tersebut lebih lengkap tidak hanya sebatas pengalaman dengan praktek, tapi juga secara konsep. Dengan harapan penguasaan materi dari siswa lebih maksimal dan menghindari dari kebosanan dari siswa dalam menerima pelajaran.[13]
ü  D: DEMONSTRASI
Demonstrasi disini adalah penyampaian apa yang diketahui murid tentang suatu materi yang sedang diajarkan. Demonstrasi dilakukan dengan memberi kesempatan untuk siswa mempresentasikan hasil pekerjaan atau pemikirannya kepada guru serta temannya. Ini diharapkan percaya diri dari siswa itu meningkat apalagi setelah menujukan hasil karya yang dibuatnya, juga dapat menjadikan siswa tersebut lebih penasaran ingin mempelajari materi tersebut lebih dalam.[14]
ü  U: ULANGI
Ulangi adalah tahapan untuk merekatkan kembali gambaran materi secara keseluruhan. Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa “Oh..ternyata saya sudah paham”.[15] Pengulangan dilakukan dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulas kembali materi yang telah disampaikan oleh guru. Dengan demikian siswa yang tidak memperhatikan guru saat mengajar dapat dihindari, karena setelah guru memberikan materi maka guru akan menunjuk salah seorang siswa untuk menjelaskan kembali materi yang telah diberikan dengan penjelasan dan atau dengan mempraktekan langsung.[16] Selain itu bisa dengan cara evaluasi lisan secara bersamaa-sama atau individu. Tapi untuk cara ini guru harus benar-benar memperhatikan muridnya agar mengetahui mana yang faham, tidak faham, setengah faham atau yang lainnya.
ü  R: RAYAKAN
Maksudnya usaha apapun yang sudah dilakukan murid, maka tugas guru harus memberikan pujian, agar semangat untuk lebih baik tertanam dalam diri murid. Perayaan tersebut tidak perlu berlebihan. Cukup dengan mengacungkan jempol, bertepuk tangan, motivasi atau dengan hadiah yang sederhana.
Jadi dapat disimpulkan bahwa model TANDUR ini lebih menekankan pada pengembangan minat siswa dalam belajar, siswa mendapatkan perlakuan sama dari guru, siswa juga mendapatkan informasi pendahuluan terhadap materi yang akan dipelajari. Penekanan itu juga dalam memberikan kepercayaan pada seluruh siswa agar berani menunjukkan karya mereka kepada orang lain, pengulangan materi secara efektif juga sangat diperlukan dan pemberian apresiasi kepada siswa agar siswa termotivasi dalam belajar.
3.        ARIAS
Pembelajaran dengan teknik ARIAS terdiri dari lima komponen (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen tersebut merupakan satu-kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masing-masing komponen dan beberapa contoh yang dapat dilakukan untuk membangkkitkan dan meningkatkannya kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
ü  A: ASSURANCE (percaya diri)
Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus-menerus. Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal.
ü  R: Relevance
Yaitu berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan sekarang atau yang akan datang. Dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan baru itu sehingga kesenjangan tadi dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali.
ü  I: Interest
Adalah yang berhubungan dengan minat/perhatian siswa. Dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian  tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar siswa.
ü  A: Assessment
Yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan siswa. Bagi guru evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi.
ü  S: Satifaction
Yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Sisa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya.[17]
4.        PAKEM
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertAnyakan dan mengemukakan gagasan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.
Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Dan yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAKEM adalah:
a.       Memahami sifat yang dimiliki anak
b.      Mengenal anak secara perorangan
c.       Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar
d.      Mengembangkan segala kemampuan siswa
e.       Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
f.       Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
g.      Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan belajar
h.      Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental.[18]
Dari kerangka-kerangka tersebut terlihat adanya lima ciri sebagai berikut:
*        Adanya unsur demokrasi dalam pengajaran.
Maksudnya dalam proses belajar mengajar bukan hanya guru yang aktif, tapi anak didik juga ikut aktif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
*        Memungkinkan tergali dan terekspresikannya seluruh potensi dan bakat yang terdapat pada diri si anak.
*        Adanya kepuasan pada diri si anak.
*        Adanya unsur pemantapan dalam menguasai materi atau suatu keterampilan yang diajarkan.
*        Adanya unsur kemampuan pada seorang guru dalam merumuskan temuan yang dihasilkan si anak dalam bentuk konsep, teori, model, dan sebagainya.[19]
E.       Implementasi quantum teaching dalam pembelajaran PAI
Pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) ranah afektif dan ranah psikomotorik bisa dikatakan lebih dominan dibanding ranah kognitifnya. Beranjak dari asumsi ini pengajaran PAI di sekolah umum semestinya memberikan porsi lebih banyak kepada penggunaan model dan strategi pembelajaran yang lebih mengarah kepada pencapaian aspek afektif dan psikomotorik, namun tetap tidak boleh mengabaikan aspek kognitif. Jika demikian halnya, maka penerapan Quantum Teaching dalam pembelajaran PAI kiranya dapat diaplikasikan. Adapun langkah-langkah pengajaran PAI sesuai dengan prinsip dan model Quantum Teaching:
1.    Menata Nilai
Guru harus memiliki niat yang kuat bahwa apa yang dilakukannya hanya semata untuk beribadah kepada Allah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan Negara melalui pendidikan dan menyiapkan generasi penerus bangsa yang baik dan berkualitas. Membekali siswa dengan nilai-nilai agama yang diharapkan bisa menjadi nilai spiritual mereka dalam seala aktivitasnya. Yang tak kalah penting dalam konteks ini adalah positive thinking bahwa setiap siswa memiliki kemampuan dan motivasi untuk belajar. Dengan modal keyakinan ini, guru berusaha sebisa mungkin memaksimalkan potensi yang dimiliki siswa untuk kepentingan pembelajaran.
2.    Menata Kelas
Guru harus mampu menata ruang kelas sedemikian rupa sehingga siswa merasa tidak bosan berada dalam kelas dalam waktu yang lama. Jika ruang kelas dikelola dengan baik, maka akan memberikan manfaat dan peran besar untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif. Di antara contoh penataan itu yaitu mengatur posisi bangku, memberi aksesoris, menempelkan hasil karya siswa di dinding kelas, menempelkan kata-kata motivasi yang bisa diambil dari Al-Qur’an, hadits, perkataan sahabat Rasul atau para ulama, dan lain-lain.
3.    Proses Pembelajaran
Hal-hal berikut ini bisa diperhatikan oleh guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan bervariasi, diantaranya:
a.         Keteladanan
Dalam dunia pendidikan ada sebuah prinsip yang sangat popular “At thariqatu ahammu minal maddah, wal mu’allimu ahammu min ath thariqah” (Metode pembelajaran lebih penting dari pada materi, namun guru lebih penting dari pada metode itu sendiri). Dari prinsip ini tergambar bahwa guru mempunyai peran yang sangat vital dan sentral, terlebih lagi dalam pengajaran agama dan moral. Dan dalam Al-Qur’an yang artinya adalah dosa besar menurut Allah, jika engkau mengatakan sesuatu tetapi engkau tidak melakukannya.
Pepatah dan ayat di atas, semuanya mengacu pada keteladanan. Siswa sering tidak tertarik dalam pembelajaran karena melihat ada kontradiksi antara perkataan dan perbuatan guru. Namun ketika guru bisa memberikan keteladanan, maka akan lahir perasaan dalam diri siswa kesebangunan dan kecocokan antara yang mereka dengar dengan apa yang mereka lihat. Misalnya, ketika guru mengajarkan tentang kedisiplinan, maka guru harus menunjukkan kedisiplinannya kepada seluruh siswa.
b.        Metode Pengajaran
Guru harus mampu menggunakan metode yang beragam dan dapat mengkombinasikannya dengan baik. Intinya guru sangat diharapkan aktor yang mampu memainkan dan menyentuh berbagai gaya belajar anak, sehingga pembelajaran tidak terkesan monoton. Pembelajaran juga bisa terjadi di luar kelas, di ruang terbuka atau pergi ke tempat tertentu, sehingga para siswa tidak merasa bosan.
c.         Media Pembelajaran
Penggunaan media diharapkan agar proses pembelajaran menjadi
lebih menarik, pembelajar lebih aktif dan interaktif, mengurangi proses pembelajaran dengan teknik yang konvensional saja, dan menumbuhkan sikap positif terhadap bahan dan proses pembelajaran. Sehingga mutu hasil pembelajaran akan meningkat. Misalnya, materi tentang ibadah haji, guru PAI dapat menggunakan gambar, foto, atau film yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji sebagai medianya.
d.        Apresiasi
Guru harus memberikan apresiasi kepada siswa terhadap hasil yang telah mereka kerjakan. Apresiasi bisa berupa materi seperti hadiah barang maupun non materi seperti kata-kata pujian, motivasi, perhatian, atau hal-hal positif lainnya.
e.         Menyusun Kesimpulan
Dalam pembelajaran dengan Quantum Teaching, menutup pelajaran tidak boleh bersifat satu arah. Di mana guru yang menyimpulkan materi, sedangkan siswa hanya mendengarkan saja. Oleh karena itu, siswa harus didorong untuk dapat menemukan kesimpulan dari materi yang disampaikan. Selanjutnya, guru memberikan penguatan atas kesimpulan yang disampaikan siswa. Seorang guru mata pelajaran PAI dapat mengajak para siswanya bermuhasabah pada akhir pembelajaran dengan cara mengaitkan materi dengan contoh kasus yang sedang berkembang.[20]
Implementasi Quantum Teaching dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dipandang tepat sekali yang meliputi 3 langkah pengajaran PAI sesuai dengan prinsip dan model Quantum Teaching yaitu menata nilai, menata ruang kelas, dan memperhatikan proses pembelajaran. Di mana guru dapat menyampaikan materi pembelajaran di kelas secara inovatif dengan mengkombinasikan metode maupun strategi pembelajaran secara tepat sehingga siswa dapat melalui pembelajaran dengan menyenangkan dan pembelajaran dapat berjalan efektif dan efesien.
F.       Tujuan pembelajaran quantum teaching
Dalam setiap model pembelajaran pasti memiliki tujuan akhir yang diharapkan dapat terwujud di akhir proses pembelajaran. Begitu juga dengan pembelajaran quantum teaching memiliki tujuan pokok yang diharapkan dapat tercapai, antara lain :
1.        Meningkatkan partisipasi siswa melalui pengubahan keadaan.
2.        Meningkatkan motivasi dan minat belajar.
3.        Meningkatkan daya ingat.
4.        Meningkatkan rasa kebersamaan.
5.        Meningkatkan daya dengar.
6.        Meningkatkan kehalusan perilaku.[21]
G.      Kelebihan dan kelemahan quantum teaching
1.        Kelebihan Pembelajaran Quantum Teaching
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dalam prosesnya begitu juga dengan model pembelajaran quantum teaching. Adapun kelebihannya antara lain:
a.        Dapat membimbing siswa ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.
b.        Karena quantum teaching lebih melibatkan siswa, saat proses pembelajaran perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamati secara teliti.
c.         Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.
d.        Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
e.         Siswa didorong untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan dapat mencoba melakukannya sendiri.
f.         Karena model pembelajaran quantum teaching membutuhkan kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan siswa untuk belajar, secara tidak langsung guru terbiasa untuk berfikir kreatif setiap harinya.
g.        Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti oleh siswa.
2.        Kekurangan Pembelajaran Quantum Teaching
Selain kelebihan, pembelajaran quantum teaching juga memiliki kekurangan. Kekurangannya antara lain:
a.         Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang di samping memerlukan waktu yang cukup panjang yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
b.        Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.
c.         Karena dalam metode ini ada perayaan untuk menghormati usaha seseorang siswa, baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian itu dapat mengganggu kelas lain.
d.        Banyak memakan waktu dalam hal persiapan.
e.         Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus karena tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif.
f.         Agar belajar dengan model pembelajaran ini mendapatkan hal yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. Namun kadang-kadang ketelitian dan kesabaran itu diabaikan sehingga apa yang diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.[22]


BAB III
Kesimpulan
A.      Kesimpulan
Model pembelajaran Quantum Teaching adalah model pembelajaran yang terkesan santai, namun tidak mengurangi kualitas dari pembelajaran itu sendiri. Sebagai buktinya dalam asasnya guru harus mendalami dunia murid dulu. Agar dengan mudah dunia murid tersebut bisa dimasukkan ke dalam dunianya. Asas tersebut akan tercapai jika prinsip serta apa saja yang berhubungan dengan Quantum Teaching telah diketahui dan gurujuga memiliki kreatfitas yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Ana. Ily. (diakses 1 Oktober 2016) “Quantum Teaching”, http://roseedaa.blogspot.co.id/2013/11/makalah-quantum-teaching.html
Rosyadi. Rifqi. (diakses 1 Oktober 2016). “Quantum Teaching”, http://rifqirosyadi.blogspot.co.id/2014/06/quantum-teaching.html
Siswanto. Fajar. (diakses 1 Oktober 2016). Model Pembelajaran Quantum Teaching”, http://eduadventure.blogspot.co.id/2012/05/makalah-model-pembelajaran-quantum.html
Pratiwi. Chintiya. (diakses 1 Oktober 2016). “Quantum teaching”, http://zien9.blogspot.com/2014/10/quantum-teaching_17.html
Hafidz. (diakses 1 Oktober 2016). Model Pembelajaran Quantum”, http://hafidzalfathona.blogspot.co.id/2013/06/makalah-quantum-teaching.html 
Hasanah. Nur. (diakses 1 Oktober 2016) “Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Learning”, http://annuramadhani.blogspot.co.id/2013/02/model-strategi-pembelajaran-quantum.html
T,n,. (diakses 1 Oktober 2016). “Quantum Teaching”, http://elsusantiely60.blogspot.co.id/
Purwa. Eka. (diakses 1 Oktober 2016). “Model Pembelajaran Quantum serta Penerapannya dalam bidan Informasi dan Komunikasi”, https://ekapurwa.wordpress.com/2011/05/31/model-pembelajaran-kuantum-beserta-penerapannya-di-bidang-teknologi-informasi-dan-komunikasi/
Karolina. Asri. (diakses 1 Oktober 2016). “Quantum Teaching”, https://asrikarolina.wordpress.com/2011/06/08/quantumteaching/
Alfianti. Puput. (diakses 1 Oktober 2016).  “Model  Pembelajaran Quantum Teaching Learning dan Implementasinya pada pembelajaran PAI”, http://puputalfianti.blogspot.co.id/2013/06/maklah-metodologi-qtl-diimplementasikan.html
Setyaningrum. Yuli. (diakses 1 Oktober 2016). “Quantum Teaching”, http://yurishandcraft.blogspot.co.id/2015/04/model-pembelajaran-quantum-teaching.html




[1] Ily, Ana, “Quantum Teaching”, http://roseedaa.blogspot.co.id/2013/11/makalah-quantum-teaching.html (diakses 1 Oktober 2016)
[2] Rifqi, Rosyadi, “Quantum Teaching”, http://rifqirosyadi.blogspot.co.id/2014/06/quantum-teaching.html (diakses 1 Oktober 2016)
[3] Ily, Ana, “Quantum Teaching”, http://roseedaa.blogspot.co.id/2013/11/makalah-quantum-teaching.html (diakses 1 Oktober 2016)
[4] Rifqi, Rosyadi, “Quantum Teaching”, http://rifqirosyadi.blogspot.co.id/2014/06/quantum-teaching.html (diakses 1 Oktober 2016)
[5] Fajar, Siswanto, “Model Pembelajaran Quantum Teaching”, http://eduadventure.blogspot.co.id/2012/05/makalah-model-pembelajaran-quantum.html (diakses 1 Oktober 2016)
[6] Chintiya, Pratiwi, “Quantum teaching”, http://zien9.blogspot.com/2014/10/quantum-teaching_17.html (diakses 1 Oktober 2016)
[7] Fajar, Siswanto, “Model Pembelajaran Quantum Teaching”, http://eduadventure.blogspot.co.id/2012/05/makalah-model-pembelajaran-quantum.html (diakses 1 Oktober 2016)
[8] Ily, Ana, “Quantum Teaching”, http://roseedaa.blogspot.co.id/2013/11/makalah-quantum-teaching.html (diakses 1 Oktober 2016)
[9] Hafidz, “Model Pembelajaran Quantum”, http://hafidzalfathona.blogspot.co.id/2013/06/makalah-quantum-teaching.html  (diakses 1 Oktober 2016); Ily, Ana, “Quantum Teaching”, http://roseedaa.blogspot.co.id/2013/11/makalah-quantum-teaching.html (diakses 1 Oktober 2016)
[10] Hafidz, “Model Pembelajaran Quantum”, http://hafidzalfathona.blogspot.co.id/2013/06/makalah-quantum-teaching.html  (diakses 1 Oktober 2016); Ily, Ana, “Quantum Teaching”, http://roseedaa.blogspot.co.id/2013/11/makalah-quantum-teaching.html (diakses 1 Oktober 2016)
[11] Nur, Hasanah, “Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Learning”, http://annuramadhani.blogspot.co.id/2013/02/model-strategi-pembelajaran-quantum.html (diakses 1 Oktober 2016)
[12] T,n, “Quantum Teaching”, http://elsusantiely60.blogspot.co.id/ (diakses 1 Oktober 2016)
[13] Eka, Purwa, “Model Pembelajaran Quantum serta Penerapannya dalam bidan Informasi danKomunikasi”, https://ekapurwa.wordpress.com/2011/05/31/model-pembelajaran-kuantum-beserta-penerapannya-di-bidang-teknologi-informasi-dan-komunikasi/ (diakses 1 Oktober 2016)
[14] Eka, Purwa, “Model Pembelajaran Quantum serta Penerapannya dalam bidan Informasi danKomunikasi”, https://ekapurwa.wordpress.com/2011/05/31/model-pembelajaran-kuantum-beserta-penerapannya-di-bidang-teknologi-informasi-dan-komunikasi/ (diakses 1 Oktober 2016)
[15] Rifqi, Rosyadi, “Quantum Teaching”, http://rifqirosyadi.blogspot.co.id/2014/06/quantum-teaching.html (diakses 1 Oktober 2016)
[16] Eka, Purwa, “Model Pembelajaran Quantum serta Penerapannya dalam bidan Informasi danKomunikasi”, https://ekapurwa.wordpress.com/2011/05/31/model-pembelajaran-kuantum-beserta-penerapannya-di-bidang-teknologi-informasi-dan-komunikasi/ (diakses 1 Oktober 2016)
[17] Nur, Hasanah, “Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Learning”, http://annuramadhani.blogspot.co.id/2013/02/model-strategi-pembelajaran-quantum.html (diakses 1 Oktober 2016)
[18] Nur, Hasanah, “Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Learning”, http://annuramadhani.blogspot.co.id/2013/02/model-strategi-pembelajaran-quantum.html (diakses 1 Oktober 2016)
[19] Ily, Ana, “Quantum Teaching”, http://roseedaa.blogspot.co.id/2013/11/makalah-quantum-teaching.html (diakses 1 Oktober 2016)
[20] Asri, Karolina, “Quantum Teaching”, https://asrikarolina.wordpress.com/2011/06/08/quantumteaching/ (diakses 1 Oktober 2016); Puput, Alfianti, “Model  Pembelajaran Quantum Teaching Learning dan Implementasinya pada pembelajaran PAI”, http://puputalfianti.blogspot.co.id/2013/06/maklah-metodologi-qtl-diimplementasikan.html (diakses 1 Oktober 2016)
[21] Yuli, Setyaningrum, “Quantum Teaching”, http://yurishandcraft.blogspot.co.id/2015/04/model-pembelajaran-quantum-teaching.html (diakses 1 Oktober 2016)
[22] Yuli, Setyaningrum, “Quantum Teaching”, http://yurishandcraft.blogspot.co.id/2015/04/model-pembelajaran-quantum-teaching.html (diakses 1 Oktober 2016)

0 komentar:

Post a Comment