Fase-fase Perkembangan Manusia
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Tahap tahap perkembangan manusia memiliki fase yang
cukup panjang. Untuk tujuan pengorganisasian dan pemahaman, kita umumnya
menggambarkan perkembangan dalam pengertian periode atau fase perkembangan.Fase
perkembangan dapat di artikan sebagai tahapan atau pembentukan tentang
perjalanan kehidupan individu yang di warnai ciri ciri khusus atau pola pola
tingkah laku tertentu.
Pada manusia perkembangan fisik dan mental setiap
kali mencapai kematangan terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda. Ada yang
cepat dan ada yang lambat. Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan
atau fase perkembangan, hal ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang
normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan yang
secara umum dibagi ke dalam lima tahapan yaitu: bayi, anak-anak, remaja,
dewasa, dan masa tua.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian perkembangan manusia?
2. Bagaimana
fase-fase perkembangan manusia?
3. Aspek
apa saja yang mengalami perubahan dalam perkembangan?
4. Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian perkembangan manusia
2. Untuk
mengetahui fase-fase perkembangan manusia
3. Untuk
mengetahui aspek apa saja yang mengalami perubahan dalam perkembangan
4. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perkembangan Manusia
Secara
umum, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang bersifat tetap dan
tidak dapat diputar kembali (Werner, 1969). Beberapa psikolog membedakan arti
kata ‘pertumbuhan’ dengan ‘perkembangan’, namun beberapa tidak. Pertumbuhan bisa diartikan sebagai bertambah
besarnya ukuran badan dan fungsi fisik yang murni, sedangkan perkembangan lebih
dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologis yang muncul
(Monks, Knoers, Haditono, 1982).[1]
Ada juga yang mengartikan perkembangan sebagai perubahan yang sistematis,
progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir
hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan – perubahan yang dialami
individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya.[2]
Perkembangan
merujuk pada pola kelanjutan dan perubahan yang mungkin terjadi pada seseorang
manusia selama perjalanan hidupnya. Sebagian besar perkembangan meliputi perubahan,
sekali pun kemunduran menjadi bagian di dalamnya (misalnya, kemampuan mengolah
informasi menjadi lebih lambat pada orang dewasa yang lebih tua). Para peneliti
yang mempelajari perkembangan merasa tergugah keingintahuannya pada sifat
perkembagan yang universal dan variasi yang terjadi pada tiap-tiap individu.
Pola dari perkembangan menjadi kompleks karena merupakan hasil dari beberapa
proses:
ü Proses
Fisik (physical process) meliputi perubahan yang bersifat biologis individu.
Gen yang diwariskan pada orangtua, perubahan hormone selama masa pubertas dan
menopause, serta perubahan yang terjadi sepanjang hayat pada otak, tinggi badan
dan berat badan, dan kemampuan motorik, semua mencerminkan peran perkembangan
dari proses biologis.
ü Proses
Kognitif (cognitive process) meliputi perubahan yang terjadi dalam pikiran,
kecerdasan dan bahasa individu. Mengamati benda-benda berwarna-warni yang
terayun di atas ranjang bayi, menyusun kalimat tentang masa depan, membayangkan
diri sendiri sebagai seorang bintang film, serta mengingat nomor telepon
baru, semua itu menunjukkan peranan
proses kognitif dalam perkembangan.
ü Proses
Sosial-Emosional (socioemotional process) meliputi perubahan dalam hubungan
individu dengan orang lain, perubahan pada emosi, dan perubahan dalam kepribadian.
Senyuman bayi sebagai respons atas sentuhan ibunya, kegembiraan seorang remaja
menghadiri acara kelulusan, keagresifan seorang pria dalan berolahraga, serta
kasih sayang yang saling ditunjukkan oleh pasangan yang lebih tua, semua itu
menunjukkan peranan proses sosial-emosional.[3]
B.
Fase- fase Perkembangan Manusia
Tahap-tahap
perkembangan manusia secara umum terbagi menjadi dua fase yaitu fase embrionik
(dalam kandungan/sebelum dilahirkan) dan fase pasca embrionik (setelah
dilahirkan).
1.
Fase Embrionik (dalam
Kandungan/sebelum Dilahirkan)
Perkembangan pada manusia pada fase embrionik
diawali dengan proses pembuahan. Yaitu pertemuan antara sel telur yang berasal
dari perempuan (ibu) dengan sel sperma yang berasal dari pria (ayah). Inti sel
sperma akan melebur dengan inti sel telur dan terbentuk sebuah sel baru yang
disebut zigot.
Zigot ini akan membelah diri menjadi 2 sel, 4 sel, 8
sel, 16 sel, 32 sel, dan seterusnya. Zigot yang telah membelah menjadi banyak
sel tadi akan berkembang menjadi embrio, kemudian menjadi janin dalam rahim
ibu. Lamanya waktu janin tumbuh dan berkembang di dalam rahim ibu, dari mulai
proses pembuahan hingga kelahiran adalah kurang lebih 9 bulan 10 hari.
Perkembangan janin selama di dalam kandungan/rahim
dibagi dalam tiga tahapan. Lamanya waktu pada setiap tahapan adalah tiga bulan.
v Trimester
Pertama
Tiga
bulan pertama embrio berkembang menjadi janin yang panjangnya kurang lebih 5,5
cm. Janin sudah berbentuk seperti manusia walaupun ukuran kepalanya sangat
besar. Di akhir tiga bulan pertama ini janin juga sudah mulai dapat
menggerakkan tangan dan kakinya.
v Trimester
Kedua
Pada tiga bulan kedua, janin sudah semakin
berkembang dan panjangnya sudah mencapai kurang lebih 19 cm. Tangan dan kakinya
telah berkembang, muka tumbuh memanjang. Pada tiga bulan kedua ini detak
jantung janin juga sudah mulai bisa dideteksi. Gerakan janin juga mulai aktif.
v Trimester
Ketiga
Di tiga bulan ketiga terjadi pertumbuhan ukuran
janin sangat cepat. Ukuran tubuh sudah proporsional seperti bayi. Karena ukuran
tubuhnya semakin besar, janin tidak terlalu leluasa bergerak di dalam rahim.
Menjelang kelahiran bayi pada umumnya sudah mencapai panjang sekitar 50 cm.
Berikutnya janin akan lahir ke dunia dan disebutlah dengan sebutan bayi.
2.
Fase Pasca Embrionik (setelah Dilahirkan)
v Balita
Bayi mempunyai kaki namun belum bisa berjalan dan
mempunyai tangan namun belum dapat memegang dengan baik. Bayi memperoleh
makanan dan minuman dari ASI (air susu ibu). Seiring dengan bertambahnya usia,
organ-organ pada bayi juga akan berkembang.
Pada usia 1 atau 2 tahun, bayi akan mulai belajar
berjalan dan mengendalikan fungsi anggota tubuh lainnya seperti tangan, kepala,
mulut. Organ-organ tersebut akan semakin matang pada saat usia anakanak. Pada
saat usia masuk sekolah (sekitar usia 5 tahun).
v Anak-
anak
Masa anak-anak, yaitu usia 5 hingga 12 tahun. Dalam
periode ini, pertumbuhan fisik mulai meningkat baik tinggi badan maupun berat
badan disertai perkembangan koordinasi otot-otot dan kemampuan mental. Beberapa
anak dapat membaca angka-angka dan huruf-huruf tertentu.
Di atas usia ini, anak telah berkembang dalam
kemampuan berbicara, menulis, membaca, dan beralasan. Pada usia yang sama, anak
telah matang emosinya dan belajar bagaimana bergaul dengan orang lain.
v Remaja
Masa remaja ditandai dengan kematangan organ
reproduksi. Perubahan fisik yang terjadi merupakan tanda kematangan organ-organ
reproduksi. Pada umumnya, organ reproduksi anak perempuan lebih cepat matang
dibandingkan organ reproduksi anak laki-laki.
Beberapa tanda matangnya organ reproduksi pada anak
perempuan adalah tumbuhnya rambut di daerah kemaluan, membesarnya buah dada,
dan terjadi menstruasi. Adapun pada anak laki-laki, tampak dari membesarnya
jakun (sehingga suara menjadi besar), tumbuhnya rambut di wajah, otot-otot membesar,
dan mimpi yang diiringi dengan keluarnya sperma (mimpi basah).
Penyebab munculnya pubertas adalah
karena kerja hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (pada perempuan) dan
testosteron yang dihasilkan testis (pada anak laki-laki). Akibatnya, organ-organ
reproduksi berfungsi dan tubuh mengalami perubahan. Salah satu ciri pubertas
pada anak perempuan adalah menstruasi.
v Dewasa
Setelah melewati masa remaja, akan memasuki masa
dewasa sebagai tahapan selanjutnya dari perkembangan manusia. Pada masa ini pertumbuhan
tubuh mencapai ukuran maksimal. Tinggi badan akan terhenti pada usia sekitar
dua puluh tahunan.
Selama masa dewasa, pemahaman
emosional akan terus berkembang, berpotensi untuk terus belajar, mengembangkan
diri dalam hal keterampilan, dan aktualisasi diri, bekerja, membina hubungan
sosial, dan terus berprestasi.
v Masa
Tua
Segala potensi pada masa dewasa akan mengalami
kemunduran ketika memasuki masa tua. Ini terjadi pada usia sekitar 60 – 65
tahun. Tubuh semakin rentan, wajah dan tangan mulai keriput, kesehatan menurun,
kecerdasan menurun.
Bahkan pada usia lanjut orang mudah lupa dan
membutuhkan banyak istirahat, sehingga lebih banyak menghabiskan waktunya untuk
beristirahat. Pada masa ini aktivitasnya menurun dan mulai sulit melakukan
kegiatan sehari-hari, seperti berjalan dan aktivitas seperti biasanya.[4]
Secara
garis besarnya para ahli memberikan periodisasi/ pentahapan didasarkan atas
periodisasi biologis, psikologis, dan didaktis. Pembagian perkembangan ke dalam
masa-masa perkembangan ini hanyalah untuk memudahkan kita mempelajari dan
memahami jiwa anak dari sisi biologis, psikologis, maupun didaktis. Meskipun
dibagi-bagi akan tetapi merupakan kesatuan yang hanya dapat dipahami dalam
hubungannya secara keseluruhan.
1)
Periodisasi Berdasarkan Biologis
Merupakan pembagian fase
perkembangan berdasarkan perubahan fungsi fisik atau perubahan proses biologis
tertentu. Tokoh yang berpendapat demikian antara lain Aristoteles yang membagi
masa perkembangan menjadi tiga yaitu:
v Periode
anak kecil (kleuter), usia sampai 7 tahun
v Periode
anak sekolah, usia 7 sampai 14 tahun
v Periode
pubertas (remaja) usia 14 sampai 21 tahun
Peralihan masa
pertama dengan masa kedua ditandai dengan pergantian gigi. Peralihan antara
masa kedua dengan ketiga ditandai dengan mulai bekerjanya kelenjar kelengkapan
kelamin.[5]
2)
Periodisasi Berdasarkan Psikologis
Periodisasi ini didasarkan pada
keadaan dan ciri khas kejiwaan anak pada suatu masa tertentu. Tokoh yang
berpendapat demikian antara lain Oswald Kroh. Dia menemukan bahwa setiap anak
dalam masa perkembangannya mengalami kegoncangan-kegoncangan psikis yang
disebut sebagai masa trotz. Periodisasi perkembangan yang disusun sebagai
berikut:
v Fase
trotz I, usia 0 - 3 tahun atau biasa disebut masa anak- anak awal.
v Fase
trotz II, usia 3 - 13 tahun biasa disebut masa keserasian sekolah.
v Fase
trotz III, usia 13 tahun sampai akhir remaja biasa disebut masa kematangan.[6]
Sifat – sifat
anak trotz ini ialah meraja- raja, egosentris, keras kepala, pembangkang, dan
sebagainya. Yang kesemua itu ia lakukan dengan tujuan untuk memperoleh
kebebasan dan perhatian.[7]
3)
Periodisasi Berdasarkan Didaktis
Dasar yang digunakan untuk
menentukan pembagian fase-fase perkembangan ini adalah materi dan cara
bagaimana mendidik anak pada masa-masa tertentu. Tokoh yang berpendapat
demikian antara lain Jean Jacques Rousseau, dia berpendapat bahwa dalam
perkembangannya, anak- anak mengalami bermacam- macam sifat dan ciri
perkembangan yang berbeda-beda dari satu fase ke fase yang lain. Oleh karena
itu, pendidikan harus disesuaikan dengan sifat- sifat masa- masa tertentu itu.
Masa –masa perkembangan itu adalah sebagai berikut:
v Masa
I, masa asuhan (usia 0 – 2 tahun)
v Masa
II, masa pendidikan jasmani dan latihan panca indera (usia 2 – 12 tahun)
v Masa
III, masa pembentukan watak dan pendidikan agama (usia 15 – 20 tahun).[8]
C. Aspek
Yang Mengalami Perubahan dalam Perkembangan
Ada
3 aspek perubahan yang tak lepas dari perkembangan maupun pertumbuhan,
diantaranya :
1)
Aspek Fisik
Proses perkembangan fisik ditandai dengan perubahan
ukuran organ fisik eksternal (tangan, kaki, badan) yang makin membesar,
memanjang, melebar, tinggi. Sedangkan perubahan internal ditandai dengan makin
matangnya sistem syaraf dan jaringan sel-sel yang makin kompleks, sehingga
mampu menaikan fungsi hormon, kelenjar maupun keterampilan motoriknya.
Aspek-aspek yang mempengaruhi perubahan fisik adalah
kesehatan, gizi dan nutrisi. Terjadinya perubahan fisik sangat mendasar dan
prinsipil karena mempengaruhi perkembangan yang lain (kognitif maupun
psikososial).
2)
Aspek Kognitif
Perkembangan kognitif berhubungan dengan
meningkatnya kemampuan berpikir (thinking), memecahkan masalah (problem
Solving), mengambil keputusan (decision making), kecerdasan (intelegence),
bakat (aptittude). Para ahli psikologi perkembangan memperluas dan mempertajam
pandangan tersebut dengan mengungkapkan perkembangan kognitif (Jean Piaget,
1896-1980).
Optimalisasi perkembangan kognitif sangat
dipengaruhi oleh kematangan fisiologis,
terutama pada bayi dan anak. Sehingga perkembangan kognitif makin baik dan koordinatif.
3)
Aspek Psikososio – Emosional
Manusia di kenal sebagai mahluk sosial
(homosocio-politicon). Ia tidak akan mampu hidup seorang diri, tanpa kehadiran orang lain.
Pergaulan dengan orang lain akan mampu mengubah persepsi, pandangan, sikap dan
perilaku seseorang, sebab dalam pergaulan terjadi interaksi antar individu yang
di tandai dengan pertukaran (transfer) informasi tentang pengetahuan,
adat-istiadat, kebiasaan, budaya dan dapat menyesuaikan dengan tuntutan
lingkungan sosialnya. Sebaliknya, ketidakmampuan menyesuaikan diri akan membuat
seseorang mengalami kehidupan yang terasing, rendah diri, pesimis, apatis,
merasa cemas, kuatir atau takut. Akibatnya akan mempengaruhi krisis kepribadian
(personality crisis).[9]
D.
Faktor- faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Manusia
Perkembangan
yang terjadi pada diri seseorang, ternyata menyangkut berbagai aspek, tidaklah
masalah fisik semata. Tetapi juga berkaitan dengan masalah kognitif, moral,
agama mapun psikososial. Terjadinya perkembangan tersebut dipengaruhi oleh :
1)
Hereditas / Genetitas / Keturunan
Faktor keturunan lebih menekankan
pada aspek biologis / herediter yang dibawa melalui aliran darah dalam
kromosom. Sehingga faktor genetis cenderung bersifat statis yang merupakan
predisposisi untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan (Papalia, Olds
& Feldman, 1998.2004) mengatakan bahwa aspek psikis yang dapat diturunkan
ke generasi berikutnya adalah intelegensi, bakat, kemampuan, minat dan
kepribadian.
2)
Lingkungan
yaitu tempat dan kondisi sosial di
mana individu tumbuh dan berkembang. Lingkungan memiliki
peran besar bagi perubahan yang positif atau negatif pada individu dan hal ini
sangat bergantung pada karakteristik lingkungan itu sendiri.
3)
Interaksionisme Antara Genetis dan
Lingkungan
Perpaduan antara faktor genetis maupun faktor
lingkungan menyatakan bahwa perkembangan seseorang tidak akan maksimal kalau
hanya mengandalkan salah satu faktor pengaruh saja.
Sehingga keduanya harus dipersatukan demi
mengupayakan maksimalisasi perkembangan seseorang. Faktor genetis harus di
topang dengan faktor lingkungan atau sebaliknya. Sehingga memungkinkan
perkembangan fisiologis maupun psikologis (potensi, bakat, kecerdasan dan
kepribadian) seseorang tidak akan terjadi kesinambungan.[10]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat ditarik dari pembahasan di atas adalah bahwa periodisasi
perkembangan tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan, melainkan di dalamnya
juga terkandung tahap / periodisasi yang berlangsung secara terus-menerus,
sehingga perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti,
melalui suatu tahap ke tahap berikutnya, dari masa pembuahan sampai dengan
kematian.
Adapun
Aspek-aspek yang mengalami perubahan diantaranya yaitu: aspek fisik, aspek
kognitif dan Aspek Psikososio – Emosional. faktor- faktor yang mempengaruhi
perkembangan manusia diantaranya yaitu: Hereditas / Genetitas / Keturunan,
lingkungan, dan Interaksionisme Antara Genetis dan Lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ali,
Hasan (19
Februari 2016). “Fase- fase Perkembangan ”. http:// pekalonganbatiktv.blogspot.co.id.
Armansyah,
Wawang (19
Februari 2016). “Tahap – tahap Perkembangan pada
Manusia”. http:// www.belajarbagus.com.
Maemunah,
Imey (19
Februari 2016). “Makalah Perkembangan Manusia”. http://imeymaemunah.blogspot.co.id .
Marianha,
Anha (19 Februari 2016). “Makalah Perkembangan Manusia”. http://cintafenha.wordpress.com.
Mubin
(2006). Psikologi Perkembangan. Cetakan I. Ciputat: Quantum Teaching.
Ndeso,
Bocah (12 Februari 2016). “Makalah Tahapan- tahapan
Perkembangan”. http://arsippendidikan.blogspot.co.id.
Ratna (19 Februari 2016). “Makalah Perkembangan Manusia”. http:// ratnakarlina.blogspot.co.id.
Rochmah, Elfi Yuliani (2005). Psikologi Perkembangan. Cetakan I. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press.
[1]
Anha
Marianha, “Makalah
Perkembangan Manusia”, http://cintafenha.wordpress.com (diakses
pada 19 Februari 2016).
[2]
Bocah
Ndeso,“Makalah
Tahapan – tahapan Perkembangan”,
http://arsippendidikan.blogspot.co.id (diakses pada 12 Februari 2016).
[3]
Ratna, “Makalah Perkembangan Manusia”, http://ratnakarlina.blogspot.co.id (diakses pada 19 Februari 2016).
[4]
Wawang Armansyah “Tahap
- tahap
Perkembangan pada Manusia”, http://www.belajarbagus.com (diakses pada 19 Februari 2016).
[5] Elfi Yuliani Rochmah,
Psikologi
Perkembangan, cetakan
I (Ponorogo:
STAIN Ponorogo Press,
2005),
halaman 53-54
[8]
Hasan
Ali, “Fase-fase
Perkembangan ”, http://pekalonganbatiktv.blogspot.co.id (diakses pada 19 Februari 2016).
[9]
Imey
Maemunah, “Makalah
Perkembangan Manusia ”,
http://imeymaemunah.blogspot.co.id (diakses pada 19 Februari 2016).
0 komentar:
Post a Comment