BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sejarah pendidikan islam ialah
serangkaian peristiwa lampau tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan
islam sejak zamanya nabi muhammad hingga saat ini. Maka kita sebagai pelajar
sepatutnya mengetahui perjalanan sejarah pendidikan islam.
Hubungan denga itu, makalah yang
kami susun inilah membahas tentang perjalanan pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan islam. Ketika zaman rosulullah inilah, pendidikan dalam agama islam
mulai muncul. Sehingga, pada masa sahabat khulafaur rosyidin dan bani umayyah pertumbuhan
dan perkembangan pendidikan maju sangat pesat. Dan sampai sekarang, di teruskan
oleh golongan-golongan besar yang terdapat di jazirah arab.
Dalam penyusunan makalah ini
bertujuan untuk mempermudahkan peserta didik untuk memahami dan mempelajari
tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam.
B.
RUMUSAN MASALAH
·
menjelaskan
tentang periodesasi pendidikan islam
·
menjelaskan tentang
pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam di masa khulafaur rosyidin
·
menjelaskan
tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam di masa bani umayyah
C.
TUJUAN MASALAH
·
Memahami
tentang periodesasi pendidikan islam
·
Memehami
tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam di masa khulafaur
rosyidin
·
Memahami
tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam di masa bani umayyah
BAB I
PEMBAHASAN
A.
Periodesasi
pendidikan islam
Sebelum kita membahas periodesasi
pendidikan islam. Alangkah baiknya kita mengenal pengertian tentang periodesasi
dan pendidikan islam. Periodesasi adalah pembabakan waktu yang di pergunakan
untuk berbagai peristiwa[1]. Kompleksnya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia
pada setiap masa memerlukan suatu pengklasifikasian berdasarkan bentuk serta
jenis peristiwa tersebut. Peristiwa-peristiwa yang telah diklasifikasikan itu
disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu kejadiannya. Sedangkan,
pendidikan islam adalah suatu rancangan belajar mengajar yang di lakukan dengan
berpedoman agama islam. Jadi, dapat di simpulakn bahwa periodesasi pendidikan
islam ialah belajar tentang perjalanan sebuah pendidikan yang terdapat di agama
islam.
Keberhasilan suatu pendidikan akan
dapat menghasilkan perubahan di alam ini dari bodoh menjadi pandai, dari buruk
menjadi baik. Dengan pendidikan akan membentuk sebuah corak yang di kehendaki
sang maha pencipta. Berawal dari pendidikan pula, masyarakat dan negara di
bentuk. Untuk memenuhi hal itu, maka praktek hidup bernilai edukatif di dalam
sebuah institusi keluarga, merupakan suatu miniatur kehidupan dunia yang
mengarah dan tertuju kepada kehidupan yang sesungguhnya.
Sejarah pendidikan islam hakikatnya
tidak terlepas dengan sejarah islam sendiri. Oleh karenanya, periodesasi
pendidikan islam berada dalam perioe-periode sejarah agama islam. Prof. Dr.
Harun nasution secara garis besar membagi sejarah islam menjadi tiga periode
yaitu periode klasik, periode pertengahan, dan periode modern[2].
Kemudian dalam buku Dra. Zuhairini
di kemukakan bahwa periode-periode pendidikan islam terbagi menjadi lima bagian[3]:
·
Masa hidupnya
Nabi Muhammad SAW
·
Masa khulafaur
rosyidin di madinah
·
Masa Bani
Muawiyyah di damaskus
·
Masa Bani
Abbasiyah di baghdad
·
Masa dari
jatuhnya kekuasaan kholifah di baghdad 1250 M/sekarang
B.
Pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan di masa kholifah rosyidin
setelah kewafatan baginda rosulullah
di madinah pada usia mencapai 63 tahun, pimpinan pemerintahan di lanjutkan oleh
para sahabat terdekatnya. Yang di kemukakan pada sejarah dengan sebutan
khulafaur rosyidin. Maka pada bagian ini membahas tentang para pimpinan yang
tergolong khulafaur rosyidin, serta usaha-usahanya dalam bidang pendidikan,
dengan terlebih dahulu menjelaskan pengertian khulafaur-rosyidin.
Secara harfiah kata khalifah berasal
dari kata khalf yang berarti wakil, pengganti, dan penguasa. Banyak penggunaan
kata kholifah di samakan dengan institusi poloitik islam, yang bersinonim
dengan kata “imamah” yang berarti pemerintahan[4].
Berkenaan dengan pengertian kholifah
yang begitu banyak. Ibn khaldun berpendapat:
Bahwa khilafah adalah tanggung jawab umum yang sesuai dengan tujuan
syara’ yang bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan. Khilafah juga di samakan
denga kata “imamah” yang artinya kepemimpinan menyeluruh yang berkaitan dengan
urusan agama dan urusan dunia sebagai pengganti fungsi rosulullah.
Adapun kata al-rosyidun secara
harfiah berasal dari kata rasyada yang artinya cerdas, jujur dan amanah. Dari
kata rasyada kemudian berubah menjadi kata benda atau kata nama rasyid dan
jamaknya rasyidun yang berarti orang-orang yang cerdas, jujur dan amanah[5].
Dengan demikian, seara sederhana khulafaur rosyidin adalah
pemimpin-pemimpinyang menggantikan kedudukan pimpinan dahulu dan menunjukkan
seorang pemimpin yang mempunyai sikap yang cerdas, arif dan amanah. Dan bisa di
simpulkan sebagai pimpinan yang di angkat sesudah nabi muhammad wafat untuk
menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pimpinan agama dan kepala
pemerintahan.
Di dalam sejarah islam khulafaur
rosyidin di peruntukkan para pimpinan seetelah wafatnya nabi muhammad. Mereka
itu adalah abu bakar yang memerintah selam 2 tahun, umar ibn khattab yang
memerintah selama 10 tahun, usman ibn affan yang memerintah selama 12 tahun,
dan ali ibn abi tholib yang memerintah selama 6 tahun[6].
Abu bakar ash-shidiq adalah kholifah
pertama sesudah wafatnya rosulullah, awalnya abu bakar merupakan salah seorang petinggi
mekkah di suku quraisy. Abu bakar menjadi kholifah melalui proses musyawarah
oleh sejumlah tokoh muhajirin dan anshor bertempat di balai kota madinah. Paad
masa pemerintahan yang sangat cukup singkat yaitu selama 2 tahun, abu bakar
telah menyelasaikan masalah dari golongan intern dan ekstern. Contoh masalah
intern ialah penertiban dan pengamanan kepada kelompok yang tidak lagi tunduk
terhadap ajaran agama islam. Mereka itu ada yang mendeklarasikan sebagai nabi,
yaitu musail amah al-kazzab dan pembangkang yang tidak mau membayar zakat.
Untuk masalah ekstern iialah perluasan mensiarkan agama islam mulai dari irak
hingga hirah yang di pimpin oleh kholid bin walid pada tahun 634 M. Akhirnya
abu bakar jatuh sakit hingga wafat, dan di gantikan oleh tangan kanannya umar
ibn khattab.
Umar ibn kahttab adalah khalifah
yang kedua sesudah wafatnya rosulullah saw. Umar menjadi kholifah lewat proses
musyawarah antara abu bakar dengan pemuka para sahabat. Hal ini di lakukan
untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan
umat islam.
Umar lahir di mekah dari bani adi,
salah satu rumpun suku quraisy. Dengan nama lengkap umar ibn khattab ibn nafiel
ibn abdul uzza. Masa pemerintahan umar lumayan lama selam 10 tahun. Dalam masa
pemerintahannya kholifah umar berusaha memperluas wilayah daulah islamiah,
melakukan program pembangunan dan pembenahan administrasi negara dengan
mencontoh model persia, yaitu dengan membagi wilayah ke dalam bentuk provinsi,
yang mencakup provinsi mekkah dan madinah. Dan sangat banyak hal yang telah di
lakukan pada masa-masa kholifah yang kedua ini seperti halnya membuat mata
uang. Sebelum berakhirnya masa kekholifaan umar, karena terbunuh oleh seorang
budak dari persia. Umar ibn khattab telah membentuk sebuah tim yang berisi enam
orang. Dan dari tim inilah melakukan musyawarah untuk mencari pengganti kholifah
yang kedua[7].
Melalui proses pemilihan oleh tim.
Yang terbentuk dari enam orang tersebut, usman berhasil terpilih menggantikan
umar ibn khattab. Tim yang terdiri dari enam orang ini bentukan dari kholifah
sebelumnya, karena kholifah umar ibn khattab tidak dapat memutuskan bagaimana
cara terbaik untuk menentukan penggantinya sebaagai kholifah.
Usman ibn affan adalah kholifah yang
ketiga, yang terpilih melalui musyawarah tim yang di bentuk kholifah umar ibn
khattab. usman ibn affan lahir di taif dari bani umayyah. Dengan nama lengkap
usman bin affan bin abi al-ash bin abdu asy-syam bin abdu manaf. Dari di lihat
sisi nasab belliau masih kerabat sangat dekat dengan rosulullah. Selain sebagai
keponakan rosulullah saw, utsman juga menantu rosulullah dengan menikahi dua
putirinya dan di beri julukan “dzu nurain”.
Kekholifahan usman ibn affan
berlangsung selama 12 tahun. Pada masa kholifah usmman ibn affan benih-benih
perpecahan mulai muncul, mulai dari konflik sesama kerabat sampai fitnah yang
membawa kematiannya. Karena pada masa kepemimpinan usman di nilai tidak adil
dan tidak bijaksana. Di sebabkan kholifah usman bersifat lemah lembut, kurang
tegas, dan cenderung mengangkat kerabat-kerabatnya dalam pemerintahan.
Meskipun demikian, pada masa
kholifah usman ibn affan ini juga terdapat sejumlah program penting yang dapat
dilaksanakan, antara lain membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang
besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota, membangun masjid, jalan,
jembatan, merenovasi beberapa masjid di madinah termasuk masjid nabi, dan
penulisan al-qur’an[8].
Ketika memasuki tahun 35H/655M
kholifah usman ibn affan meninggal dunia karena di bunuh oleh kaum pemberontak
yang terdiri dari orang-orang yang kecewa pada pemerintahannya. Kemudian,
orang-orang pemberontak dan kalangan simpatisan mengangkat ali ibn abi tholib
sebagai kholifah.
Ali ibn abi tholib ialah kholifah
terkahir atau ke empat, pada masa peerintahannya sudah dalam keadaan tidak
stabil seperti konflik yang sering muncul dan golongan-golongan pemberontak. Dan
juga, kebijakan pemerintahan ali ibn abi tholib telah memancing timbulnnya
perlawanan dari gubernur damaskus. Yang kemudian, menimbulkan peperangan antara
pasukan ali ibn abi tholib dengan muawiyahdi siffin, dan berakhir dengan
melakukan tahkim(arbitrase). Dalam peperangan yang berakhir dengan tahkim ini
yang menimbulkan pecahan antara pasukan ali, yang di namakan kaum khowarij dan
syiah. Kaum syiah adalah kaum yang membela ali ibn abi tholib. Sedangkan kaum
khowarij, kaum yang membengkang terhadapa Ali ibn abi tholib yang menyebutkan
bahwa peperangan yang di lakukan oleh ali dengan muawiyah dengan berakhir
tahkim. Akan tetapi, kaum beranggapan bahwa kaum ali dan muawiyah termasuk
golongan kafir karena melakukan tahkim, karena tahkim di anggap tidak sesuai
dengan ketentuan Allah sebagaimana terdapat dalam Al-qir’an dan As-sunnah.
Ketika pada tahun ke 40H. Tepatnya, 6 tahun dari kepemimpinan kholifah Ali ibn
abi tholib. Ali terbunuh oleh salah seorang anggota kelompok khowarij[9].
Berdasarkan penjelasan tentang masa
periodesasi kekholifahan khulafaur rosyidin di mulai dari masa abu bakar
ash-shidiq sampai dengan Ali ibn Abi tholib. Pada masa kholifah, kholifah
benar-benar meneladani nabi muhammad Saw. Mereka di pilih proses musyawarah
secara demokratis[10].
C.
PENDIDIKAN PADA
MASA KHULAFAUR ROSYIDIN
1.
VISI, MISI, DAN
TUJUAN PENDIDIKAN
Visi pendidikan pada masa khulafaur rosyidin secara eksplisist
sulit di jumpai. Namun di lihat dari sekian sejarah yang mengemukakan
pendidikan pada masa khulafaur rosyidin masih belum berbeda dengan visi
pendidikan pada zaman rosulullah SAW. Visi tersebut “unggul dalam bidang
keagamaan sebagai landasan membangun kehidupan umat”[11].
Visi ini sejalan dengan berbagai kondisi dan situasi yang ada masa
itu. Sebagaimana telah di kemukakan di atas, setelah wafatnya rosulullah SAW
timbul sejumlah kelompok yang goyah keimanan dan keislamanya, bahkan tidak mau
lagi melaksanakan ajaran agama sebagaimana yang mereka laksanakan pada masa
rosulullah SAW.
Sejalan dengan visi tersebut, maka misi pendidikan pada zaman
khulafaur rosyidin dapar dikumakakan sebagai berikut:
Pertama, menetapkan dan menguatkan keyakinan dan kepatuhan kepada
ajaran islam yang di bawa oleh nabi Muhammad SAW dengan cara memehami,
menghayati, dan mengamalkanya secara konsisten.
Kedua, menyediakan sarana, prasarana, dan fasilitas yang
memungkinkan terlaksanakannya ajaran agama.
Ketiga, menumbuhkan semangat cinta tanah air dan bela negara yang
memungkinkan islam dapat berkembang ke seluruh dunia.
Keempat, melahirkan para kader pemimpin umat, perndidik dan da’i
yang tangguh dalam mewujudkan syi’ar islam[12].
Adapun tujuan pendidikan pada masa itu melahirkan umat yang
memiliki komirmen yang tulud dan kukuh terhadap pelaksanaan ajaran agama islam
sebagaiman diajarkan oleh nabi muhammad SAW.
Lahirnya visi, misi, dan tujuan pendidikan di zaman khulafaur
rosyidin seperi tiu tidak dapat dilepaskan dari situasi sosial dan politik yang
terjadi di wilayah kekuasaan islam pada saat itu, khusunya di mekkah dan
madinah. Sebagaimana di ketahui bahwa pada zaman khulafaur rosyidin pusat
pemerintahannya terletak di kota madinah, yang penduduknya terdiri dari latar
belakng agama, sosial, budaya, ekonomi, politik, pendidikan, dan lainnya yang
berbeda.
Keadaan masyarakat madinah yang demikian itulah yang memengaruhi
lahirnya visi dan misi dan tujuan pendidikan sebagaimana tersebut di atas.
Namun demikian, latar belakang tersebut hanya berperan sebagai pemicu lahirnya
visi, misi, dan tujuan pendidikan. Adapun ketika visi, misi, dan tujuan
tersebut lahir di maksudkan untuk seluruh umat manusia.
2.
Kurikulu
pendidikan
Kurikulum pendidikan di madinah selain berisi materi pengajaran
yang berkaitan dengan pendidikan keagamaan, yakni Al-qur’an, Al-hadits, hukum
islam, kemasyarakatan, ketatanegaraan, pertahanan keamanan dan kesejahteraan
sosial[13].
3.
Sasaran
(peserta didik)
Peserta didik di zaman khulafaur rosyidin terdiri dari masyarakat
yang tinggal di mekkah dan madinah. Namun yang khusus mendalami bidang kajian
keagamaan hingga menjadi seorang yang mahir, alim, dan mendalam pengusaaanya di
bidang ilmu agama jumlahnya masih terbatas. Sasaran pendidikan dalam arti umum,
yakni membentuk sikap mental keagamaan adlah seluruh umat islam yang ada di
makkah dan madinah. Adapun sasaran dalam arti khusus, yakni membentuk ahli ilmu
agama adlah sebagian kecil dari kalangan tabi’in yang selanjutnya menjadi
ulama’[14].
4.
Tenaga pendidik
Khulafaur rosyididn menentukan kriteri sebagai seorang pendidik,
sebagaiman kriteria yang sudah di kemukakan oleh rosulullah SAW, yaitu bahwa
orang yang dapat di angkat menjadi pendidik hendaknya memiliki sifat-sifat
tertentu. Sepertihalnya sifat yang di miliki oleh rosulullah dan para
sahabatnya, yaitu memiliki kompetensi akademik, kompetensi pedagogis, kompetensi
kepribadian dan akhlak mulia dan memiliki kompetensi sosial. Selain itu,
seorang pendidik selain harus terampil bersih dan rapi, juga senantiasamenjaga
dan memelihara kesehatan[15].
5.
Metode dan
pendekatan pembelajaran
Adapun metode yang mereka gunnakan dalam mengajar antara lain
dengan bentuk halaqah, yakni guru duduk di sebagian ruangan masjid kemudian di
kelilingi oleh para siswa. Guru menyampaikan jaran kata demi kata dengan
artinya dan kemudian menjelaskan kandunganya. Sementara para siswa menyimak,
mencatat, mengulanginya apa yang dikemukakan oleh gurunya[16].
6.
Pusat-pusat dan
lembaga pendidikan
pada masa khulafaur rosyidin pusat-pusat pendidikan bukan hanya
terdapat di mekkah dan madinah, melainkan jiga sudah tersebar di daerah
kekuasaan islam lainnya . seperti mesir, syiria, kuffah, dan basyrah.
Adapun lembaga-lembaga pendidikan yang digunakan masih sama dengan
lembaga pendidikan yang di gunakan di zaman rosulullah SAW, yaitu masjid,
suffah, kuttab, dan rumah[17].
7.
Pembiayaan dan
fasilitas pendidikan
sebagaimana telah di bahas di ataas, bhwa pada masa khulafaur
rosyidin sebagian besar waktu banyak di gunakan untuk melakukan konsolidasike
dalam, yakni memantapkan komitmen sebagian umat islam kepada ajaran islam,
memadamkan berbagai pemberontakan serta perluasan wilayah dakwah islam[18].
8.
Evaluasi dan
lulusan pendidikan’
Kegiatan evaluasi pendidikan masih berlangsung secara lisan dan
perbuatan yakni bahwa kemampuan seseorang dalam menguasai bahan pelajaran di
lihat pada kemampuannya untuk mengemukakan, mengajarkan, dan mengamalkan ajaran
tersebut. Para sahabat yang dinilai memiliki
kecakapan dalam ilmu agama, kemudian di percaya oleh masyarakat untuk
mengajar atau menyampaikan ilmunya itu kepada orang lain. Kepercayaan
masyarakat itulah sesungguhnya merupakan proses dan standar evaluasi yang lebih
objektif dan murni, karena kepercayaan publik pada umumnya menggambarkan
keadaan yang sesungguhnya dan bersifat objektif.
D.
Pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan islam di zaman bani umayyah
Kekhalifahan Bani Umayyah didirikan oleh
Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 41 Hijriah
dan berakhir pada tahun 132 H. Dengan demikian, Bani Umayyah berkuasa lebih
kurang 91 tahun. Para ahli sejarah umumnya mencatat, bahwa proses berdirinya
kekhalifahan Bani Umayyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, dan tipu
daya, tidak melalui pemilihan secara demokrasi berdasarkan suara terbanyak.
Nama-nama khalifah Bani Umayyah yang tergolong menonjol adalah Muawiyah bin Abi
Sufyan (661-680), Abd al-Malik ibn Marwan(685-705 M), al-Walid ibn Abd al-Malik
(705-715 M), Umar ibn Abd al-Aziz(717-720 M), dan Hisyam ibn Abd al-Maalik
(724-743 M). Masa kekhalifahan Bani Umayyah selain banyak diisi dengan
program-program besar, mendasar, dan strategis, juga banyak melahirkan golongan
dan aliran dalam islam, serta perkembangan ilmu agama, ilmu umum, kebudayaan,
dan peradaban[19].
E.
Pendidikan pada masa bani umayyyah
·
Visi, misi, tujuan, dan sasaran pendidikan
islam
Visi
pendidikan di zaman bani Umayyah secara eksplisit tidak dijumpai. Namun dari
berbagai petunjuk bisa diketahui bahwa visinya adalah unggul dalam ilmu agama
dan umum sejalan dengan kebutuhan zaman dan masing-masing wilayah Islam[20]. Adapun
misinya antara lain:
1.
Menyelenggarakan pendidikan agama dan umum
secara seimbang,
2.
Melakukan penataan kelembagaan dan aspek-aspek
pendidikan Islam,
3.
Memberikan pelayanan pendidikan pada seluruhg
wilayah Islam secara adil dan merata,
4.
Menjadikan pendidikan sebagai penopang utama
kemjuan wilayah Islam,
5.
Memberdayakan masyarakat agar dapat memecahkanb
masalahnya sesuai dengan kemampuanya sendiri.
Adapun
tujuannya ialah menghasilkan sumber daya manusia yang unggul secara seimbang
dalam ilmu agama dan umum serta mampu menerapkannya bagi kemajuan wilayah Islam.Sedangkan yang
menjadi sasarannya adalah seluruh umat atau warga yang terdapat di seluruh
wilayah kekuasaan Islam, sebagai dasar bagi dirinya dalam membangun masa depan
yang lebih baik[21].
Visi,
misi, tujuan, dan sasaran pendidikan tersebut di atas, secara eksplisit atau
tertulis tentu belum ada. Namun dari segi kebijakannya secara umum serta
hasil-hasil yang dicapai oleh dinasti ini mengandung visi, misi, tujuan, dan
sasaran tersebut di atas.
Terjadinya
berbagai kemajuan tersebut dipastikan karena didukung oleh tersedianya sumber
daya manusia yang memiliki wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian
teknis, dan pengalaman yang dihasilkan melalui proses pendidikan dalam arti
luas. Sejarah mencatat, bahwa disamping melakukan ekspansio teritorial,
pemerintahan dinasti Umayyah jugamenaruh perhatian dalam bidang pendidikan.
memberikan dorongan yang kuat terhadap kemajuan dunia pendidikan dengan
menyediakan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar para
ilmuan, para seniman, para ulama dapat mengembangkan bidang keahliannya
masing-masing serta mampu melakukan kaderisasi ilmu.
·
kurikulum
Pada
masa bani Umayyah terdapat dua jenis pendidikan yang berbeda sistem dan
kurikulumnya, yaitu pendidikan khusus dan pendidikan umum.
1.
Pendidikan khusus adalah pendidikan yang
dislenggarakan dan diperuntukkan bagi anak-anak khalifah dan anak-anak
pembesarnya. Kurikulumnya diarahkan untuk memperoleh kecakapan memegang kendali
pemerintahan, atau hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan keperluan dan
kebutuhan pemerintahan. Tempat pendidikannya di istana dan guru-gurunya
ditunjuk dan diangkat oleh khalifah dengan mendapat jaminan hidup (gaji).
2.
Pendidikan khusus adalah pendidikan yang
diperuntukkan bagi rakyat biasa. Pendidikan ini merupakan kelanjutan dari
pendidikan yang telah dilaksakan sejak zaman Nabi masih hidup, ia merupakan
sarana yang amat penting bagi kehidupan agama. Karena ia merupakan lanjutan
dari pendidikan sebelumnya, maka kurikulum yang digunakan pun sama dengan kurikulum
sebelumnya. Yang bertanggungjawab atas kelancaran pendidikan ini adalah para
Ulama, merekalah yang memikul tugas mengajar dan membimbing rakya. Mereka
bekerja atas dasar dorongan moral serta tanggung jawab agama, bukan atas dasar
penunjukkan dan pengangkatan oleh pemerintahan. Karena itu mereka tidak
memperoleh jaminan (gaji) dari pemerintah.
·
Kelembagaan
Lembaga-lembaga
pendidikan yang berkembang pada zaman bani umayyah, selain masjid, kuttab, dan
rumah sebagaimana yang telah ada sebelumnya, juga di tambah lembaga-lembaga
pendidikan yang ada pada saat bani umayyah seperti istana, badiah,
perpustakaan, Al-bimaristan
·
Pendidik
Pendidik adalah
seseorang yang tugasnyaselain mentransfer ilmu pengetahuan dan niali-nilai
kepada kepada peserta didik, juga menumbuhkan, membina, mengembangkan bakat,
minat, dan segenap potensi yang dimiliki peserta didik, sehingga menjadi aktual
dan terberdayakan secara optimal.
·
Sarana dan prasarana
Sarana dapat di
artikan sebagai sesuatu yang secara langsung maupun tidak langsung dapat di
gunakan untuk mendukug terlaksananya berbagai kegiatan. Dalam kegiatna
pendidikan, sarana yang di perlukan antara lain gedung sekolah, perpustakaan,
tempat praktikum. Adapun yang termasuk prasarana antara lain halaman masjid,
lapangan olah raga, tempat parkir dan toko buku
·
Pembiayaan
Pembiayaan
pendidikan di artikan sebagai usaha menyediakan sumber dana sistem penglolaan
dan penggunaanya untuk berbagai kegiatan, termasuk pendidikan. pembiayaan di
perlukan untuk mengadakan atau membeli segala hal yang di perlukan untuk
pendidikan, seperti untuk membangun gedung sekolah, membangun gedung
perpustakaan segala gedung bersangkutan dengan lembaga pendidikan.
·
Penglolaan
Penglolaan
pendidikan dapat di artikan sebagai kegiatan merencanakan, mengorganisasikan,
melaksanakan, mengawasi, membina, dan menilai hal-hal yang berkaitan dengan
seluruh aspek pendidikan.
·
Lulusan
Para lulusan
pendidikan dapat di artikan mereka yang telah tamat mengikuti pendidikan pada
jenjang tertentu yang selanjutnya mendapat gelar atau sebutan yang menunjukkan
keahliannya, dan memiliki otoritas atau kepercayaan untuk mengajarkan ilmunya
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Periodesasi
pendidikan islam ialah belajar tentang perjalanan sebuah pendidikan yang di
dalam islam.oleh karena itu, perjalanan pendidikan islam terdapat pada
sejarah-sejarah islam sendiri. Menurut h nasution, periodesasi pendidikan islam
terbagi menjadi tiga periode, yaitu periode klasik, periode pertengahan,
periode modern.
pendidikan islam pada masa khulafaur
rosyidin dan bani umayyah pertumbuhan dan perkembangannnya, sungguh begitu
pesat adanya. Karena, adanya visi, misi
dan tujuan yang sudah di susun, peserta didik, sasaran, sarana pra sarana, dan
lembaga-lembaga yang sudah ada/di bangun.
Daftar pustaka
Iliyan, Khairul
(28 Januari 2016). “Periodesasi Sejarah Pendidikan Pendidikan”. https://newkhairilyulian.wordpress.com.
Nata, Abudin (2011). Sejarah Pendidikan Islam. Cetakan
I. Jakarta: Prenada Media Group.
Yulianto, adi (28 januari 2016). “sejarah pendidikan islam”.
Nuy, zane (28 januari 2016). “periodesasi pendidikan islam”.
[1]
Nur zane, “periodesasi pendidikan islam”, http://nunuyzane.blogspot.co.id. (di
akses pada tanggal 28 januari 2016)
[2]Khairul Iliyan, “Periodesasi Sejarah Pendidikan Islam”, http://newkhairilyulian.wordpress.com (diakses pada 28 Januari 2016).
[3]
Yulianto adi, “sejarah pendidikan islam”, http://pandidikan.blogspot.co.id.(diakases
pada tanggal 28 januari 2016).
[4]
Nata abuddin,”sejarah pendidikan islam”’(2011). Halaman 111
[5]
Ibid. Hal 112
[6]
Ibid, halaman 113
[7]
Ibid, halamaan 114
[8]
Ibid 116
[9]
Ibid 116
[10]
Ibid 117
[11]
Ibid 118
[12]
Ibid 119
[13]
Ibid 120
[14]
Ibid 121
[15]
Ibid 122-123
[16]
Ibid 123
[17]
Ibid 123
[18]
Ibid 123
[19]
Ibid 127
[20]
Ibid 130
[21]
Ibid 131-134
0 komentar:
Post a Comment