Aku Berfikir, Maka Aku Ada

Saturday, November 5, 2016

Prioderisi peradapan islam pada masa hulafaurrassyidin dan bani umayyah




¨
 Prioderisi peradapan islam pada masa hulafaurrassyidin dan bani umayyah


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Sejarah pendidikan islam ialah serangkaian peristiwa lampau tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam sejak zamanya nabi muhammad hingga saat ini. Maka kita sebagai pelajar sepatutnya mengetahui perjalanan sejarah pendidikan islam.
Hubungan denga itu, makalah yang kami susun inilah membahas tentang perjalanan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam. Ketika zaman rosulullah inilah, pendidikan dalam agama islam mulai muncul. Sehingga, pada masa sahabat khulafaur rosyidin dan bani umayyah pertumbuhan dan perkembangan pendidikan maju sangat pesat. Dan sampai sekarang, di teruskan oleh golongan-golongan besar yang terdapat di jazirah arab.
Dalam penyusunan makalah ini bertujuan untuk mempermudahkan peserta didik untuk memahami dan mempelajari tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam.


B.     RUMUSAN MASALAH
·         menjelaskan tentang periodesasi pendidikan islam
·         menjelaskan tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam di masa khulafaur rosyidin
·         menjelaskan tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam di masa bani umayyah

C.    TUJUAN MASALAH
·         Memahami tentang periodesasi pendidikan islam
·         Memehami tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam di masa khulafaur rosyidin
·         Memahami tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam di masa bani umayyah


















BAB I
PEMBAHASAN

A.    Periodesasi pendidikan islam
            Sebelum kita membahas periodesasi pendidikan islam. Alangkah baiknya kita mengenal pengertian tentang periodesasi dan pendidikan islam. Periodesasi adalah pembabakan waktu yang di pergunakan untuk berbagai peristiwa[1]. Kompleksnya peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia pada setiap masa memerlukan suatu pengklasifikasian berdasarkan bentuk serta jenis peristiwa tersebut. Peristiwa-peristiwa yang telah diklasifikasikan itu disusun secara kronologis berdasarkan urutan waktu kejadiannya. Sedangkan, pendidikan islam adalah suatu rancangan belajar mengajar yang di lakukan dengan berpedoman agama islam. Jadi, dapat di simpulakn bahwa periodesasi pendidikan islam ialah belajar tentang perjalanan sebuah pendidikan yang terdapat di agama islam.
Keberhasilan suatu pendidikan akan dapat menghasilkan perubahan di alam ini dari bodoh menjadi pandai, dari buruk menjadi baik. Dengan pendidikan akan membentuk sebuah corak yang di kehendaki sang maha pencipta. Berawal dari pendidikan pula, masyarakat dan negara di bentuk. Untuk memenuhi hal itu, maka praktek hidup bernilai edukatif di dalam sebuah institusi keluarga, merupakan suatu miniatur kehidupan dunia yang mengarah dan tertuju kepada kehidupan yang sesungguhnya.
Sejarah pendidikan islam hakikatnya tidak terlepas dengan sejarah islam sendiri. Oleh karenanya, periodesasi pendidikan islam berada dalam perioe-periode sejarah agama islam. Prof. Dr. Harun nasution secara garis besar membagi sejarah islam menjadi tiga periode yaitu periode klasik, periode pertengahan, dan periode modern[2].
Kemudian dalam buku Dra. Zuhairini di kemukakan bahwa periode-periode pendidikan islam terbagi menjadi lima bagian[3]:
·         Masa hidupnya Nabi Muhammad SAW
·         Masa khulafaur rosyidin di madinah
·         Masa Bani Muawiyyah di damaskus
·         Masa Bani Abbasiyah di baghdad
·         Masa dari jatuhnya kekuasaan kholifah di baghdad 1250 M/sekarang
B.     Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan di masa kholifah rosyidin
setelah kewafatan baginda rosulullah di madinah pada usia mencapai 63 tahun, pimpinan pemerintahan di lanjutkan oleh para sahabat terdekatnya. Yang di kemukakan pada sejarah dengan sebutan khulafaur rosyidin. Maka pada bagian ini membahas tentang para pimpinan yang tergolong khulafaur rosyidin, serta usaha-usahanya dalam bidang pendidikan, dengan terlebih dahulu menjelaskan pengertian khulafaur-rosyidin.
Secara harfiah kata khalifah berasal dari kata khalf yang berarti wakil, pengganti, dan penguasa. Banyak penggunaan kata kholifah di samakan dengan institusi poloitik islam, yang bersinonim dengan kata “imamah” yang berarti pemerintahan[4].
Berkenaan dengan pengertian kholifah yang begitu banyak. Ibn khaldun berpendapat:
Bahwa khilafah adalah tanggung jawab umum yang sesuai dengan tujuan syara’ yang bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan. Khilafah juga di samakan denga kata “imamah” yang artinya kepemimpinan menyeluruh yang berkaitan dengan urusan agama dan urusan dunia sebagai pengganti fungsi rosulullah.
Adapun kata al-rosyidun secara harfiah berasal dari kata rasyada yang artinya cerdas, jujur dan amanah. Dari kata rasyada kemudian berubah menjadi kata benda atau kata nama rasyid dan jamaknya rasyidun yang berarti orang-orang yang cerdas, jujur dan amanah[5]. Dengan demikian, seara sederhana khulafaur rosyidin adalah pemimpin-pemimpinyang menggantikan kedudukan pimpinan dahulu dan menunjukkan seorang pemimpin yang mempunyai sikap yang cerdas, arif dan amanah. Dan bisa di simpulkan sebagai pimpinan yang di angkat sesudah nabi muhammad wafat untuk menggantikan beliau melanjutkan tugas-tugas sebagai pimpinan agama dan kepala pemerintahan.
Di dalam sejarah islam khulafaur rosyidin di peruntukkan para pimpinan seetelah wafatnya nabi muhammad. Mereka itu adalah abu bakar yang memerintah selam 2 tahun, umar ibn khattab yang memerintah selama 10 tahun, usman ibn affan yang memerintah selama 12 tahun, dan ali ibn abi tholib yang memerintah selama 6 tahun[6].
Abu bakar ash-shidiq adalah kholifah pertama sesudah wafatnya rosulullah, awalnya abu bakar merupakan salah seorang petinggi mekkah di suku quraisy. Abu bakar menjadi kholifah melalui proses musyawarah oleh sejumlah tokoh muhajirin dan anshor bertempat di balai kota madinah. Paad masa pemerintahan yang sangat cukup singkat yaitu selama 2 tahun, abu bakar telah menyelasaikan masalah dari golongan intern dan ekstern. Contoh masalah intern ialah penertiban dan pengamanan kepada kelompok yang tidak lagi tunduk terhadap ajaran agama islam. Mereka itu ada yang mendeklarasikan sebagai nabi, yaitu musail amah al-kazzab dan pembangkang yang tidak mau membayar zakat. Untuk masalah ekstern iialah perluasan mensiarkan agama islam mulai dari irak hingga hirah yang di pimpin oleh kholid bin walid pada tahun 634 M. Akhirnya abu bakar jatuh sakit hingga wafat, dan di gantikan oleh tangan kanannya umar ibn khattab.
Umar ibn kahttab adalah khalifah yang kedua sesudah wafatnya rosulullah saw. Umar menjadi kholifah lewat proses musyawarah antara abu bakar dengan pemuka para sahabat. Hal ini di lakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat islam.
Umar lahir di mekah dari bani adi, salah satu rumpun suku quraisy. Dengan nama lengkap umar ibn khattab ibn nafiel ibn abdul uzza. Masa pemerintahan umar lumayan lama selam 10 tahun. Dalam masa pemerintahannya kholifah umar berusaha memperluas wilayah daulah islamiah, melakukan program pembangunan dan pembenahan administrasi negara dengan mencontoh model persia, yaitu dengan membagi wilayah ke dalam bentuk provinsi, yang mencakup provinsi mekkah dan madinah. Dan sangat banyak hal yang telah di lakukan pada masa-masa kholifah yang kedua ini seperti halnya membuat mata uang. Sebelum berakhirnya masa kekholifaan umar, karena terbunuh oleh seorang budak dari persia. Umar ibn khattab telah membentuk sebuah tim yang berisi enam orang. Dan dari tim inilah melakukan musyawarah untuk mencari pengganti kholifah yang kedua[7].
Melalui proses pemilihan oleh tim. Yang terbentuk dari enam orang tersebut, usman berhasil terpilih menggantikan umar ibn khattab. Tim yang terdiri dari enam orang ini bentukan dari kholifah sebelumnya, karena kholifah umar ibn khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara terbaik untuk menentukan penggantinya sebaagai kholifah.
Usman ibn affan adalah kholifah yang ketiga, yang terpilih melalui musyawarah tim yang di bentuk kholifah umar ibn khattab. usman ibn affan lahir di taif dari bani umayyah. Dengan nama lengkap usman bin affan bin abi al-ash bin abdu asy-syam bin abdu manaf. Dari di lihat sisi nasab belliau masih kerabat sangat dekat dengan rosulullah. Selain sebagai keponakan rosulullah saw, utsman juga menantu rosulullah dengan menikahi dua putirinya dan di beri julukan “dzu nurain”.
Kekholifahan usman ibn affan berlangsung selama 12 tahun. Pada masa kholifah usmman ibn affan benih-benih perpecahan mulai muncul, mulai dari konflik sesama kerabat sampai fitnah yang membawa kematiannya. Karena pada masa kepemimpinan usman di nilai tidak adil dan tidak bijaksana. Di sebabkan kholifah usman bersifat lemah lembut, kurang tegas, dan cenderung mengangkat kerabat-kerabatnya dalam pemerintahan.
Meskipun demikian, pada masa kholifah usman ibn affan ini juga terdapat sejumlah program penting yang dapat dilaksanakan, antara lain membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota, membangun masjid, jalan, jembatan, merenovasi beberapa masjid di madinah termasuk masjid nabi, dan penulisan al-qur’an[8].
Ketika memasuki tahun 35H/655M kholifah usman ibn affan meninggal dunia karena di bunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa pada pemerintahannya. Kemudian, orang-orang pemberontak dan kalangan simpatisan mengangkat ali ibn abi tholib sebagai kholifah.
Ali ibn abi tholib ialah kholifah terkahir atau ke empat, pada masa peerintahannya sudah dalam keadaan tidak stabil seperti konflik yang sering muncul dan golongan-golongan pemberontak. Dan juga, kebijakan pemerintahan ali ibn abi tholib telah memancing timbulnnya perlawanan dari gubernur damaskus. Yang kemudian, menimbulkan peperangan antara pasukan ali ibn abi tholib dengan muawiyahdi siffin, dan berakhir dengan melakukan tahkim(arbitrase). Dalam peperangan yang berakhir dengan tahkim ini yang menimbulkan pecahan antara pasukan ali, yang di namakan kaum khowarij dan syiah. Kaum syiah adalah kaum yang membela ali ibn abi tholib. Sedangkan kaum khowarij, kaum yang membengkang terhadapa Ali ibn abi tholib yang menyebutkan bahwa peperangan yang di lakukan oleh ali dengan muawiyah dengan berakhir tahkim. Akan tetapi, kaum beranggapan bahwa kaum ali dan muawiyah termasuk golongan kafir karena melakukan tahkim, karena tahkim di anggap tidak sesuai dengan ketentuan Allah sebagaimana terdapat dalam Al-qir’an dan As-sunnah. Ketika pada tahun ke 40H. Tepatnya, 6 tahun dari kepemimpinan kholifah Ali ibn abi tholib. Ali terbunuh oleh salah seorang anggota kelompok khowarij[9].
Berdasarkan penjelasan tentang masa periodesasi kekholifahan khulafaur rosyidin di mulai dari masa abu bakar ash-shidiq sampai dengan Ali ibn Abi tholib. Pada masa kholifah, kholifah benar-benar meneladani nabi muhammad Saw. Mereka di pilih proses musyawarah secara demokratis[10].
C.    PENDIDIKAN PADA MASA KHULAFAUR ROSYIDIN
1.      VISI, MISI, DAN TUJUAN PENDIDIKAN
Visi pendidikan pada masa khulafaur rosyidin secara eksplisist sulit di jumpai. Namun di lihat dari sekian sejarah yang mengemukakan pendidikan pada masa khulafaur rosyidin masih belum berbeda dengan visi pendidikan pada zaman rosulullah SAW. Visi tersebut “unggul dalam bidang keagamaan sebagai landasan membangun kehidupan umat”[11].
Visi ini sejalan dengan berbagai kondisi dan situasi yang ada masa itu. Sebagaimana telah di kemukakan di atas, setelah wafatnya rosulullah SAW timbul sejumlah kelompok yang goyah keimanan dan keislamanya, bahkan tidak mau lagi melaksanakan ajaran agama sebagaimana yang mereka laksanakan pada masa rosulullah SAW.
Sejalan dengan visi tersebut, maka misi pendidikan pada zaman khulafaur rosyidin dapar dikumakakan sebagai berikut:
Pertama, menetapkan dan menguatkan keyakinan dan kepatuhan kepada ajaran islam yang di bawa oleh nabi Muhammad SAW dengan cara memehami, menghayati, dan mengamalkanya secara konsisten.
Kedua, menyediakan sarana, prasarana, dan fasilitas yang memungkinkan terlaksanakannya ajaran agama.
Ketiga, menumbuhkan semangat cinta tanah air dan bela negara yang memungkinkan islam dapat berkembang ke seluruh dunia.
Keempat, melahirkan para kader pemimpin umat, perndidik dan da’i yang tangguh dalam mewujudkan syi’ar islam[12].
Adapun tujuan pendidikan pada masa itu melahirkan umat yang memiliki komirmen yang tulud dan kukuh terhadap pelaksanaan ajaran agama islam sebagaiman diajarkan oleh nabi muhammad SAW.
Lahirnya visi, misi, dan tujuan pendidikan di zaman khulafaur rosyidin seperi tiu tidak dapat dilepaskan dari situasi sosial dan politik yang terjadi di wilayah kekuasaan islam pada saat itu, khusunya di mekkah dan madinah. Sebagaimana di ketahui bahwa pada zaman khulafaur rosyidin pusat pemerintahannya terletak di kota madinah, yang penduduknya terdiri dari latar belakng agama, sosial, budaya, ekonomi, politik, pendidikan, dan lainnya yang berbeda.
Keadaan masyarakat madinah yang demikian itulah yang memengaruhi lahirnya visi dan misi dan tujuan pendidikan sebagaimana tersebut di atas. Namun demikian, latar belakang tersebut hanya berperan sebagai pemicu lahirnya visi, misi, dan tujuan pendidikan. Adapun ketika visi, misi, dan tujuan tersebut lahir di maksudkan untuk seluruh umat manusia.
2.      Kurikulu pendidikan
Kurikulum pendidikan di madinah selain berisi materi pengajaran yang berkaitan dengan pendidikan keagamaan, yakni Al-qur’an, Al-hadits, hukum islam, kemasyarakatan, ketatanegaraan, pertahanan keamanan dan kesejahteraan sosial[13].
3.      Sasaran (peserta didik)
Peserta didik di zaman khulafaur rosyidin terdiri dari masyarakat yang tinggal di mekkah dan madinah. Namun yang khusus mendalami bidang kajian keagamaan hingga menjadi seorang yang mahir, alim, dan mendalam pengusaaanya di bidang ilmu agama jumlahnya masih terbatas. Sasaran pendidikan dalam arti umum, yakni membentuk sikap mental keagamaan adlah seluruh umat islam yang ada di makkah dan madinah. Adapun sasaran dalam arti khusus, yakni membentuk ahli ilmu agama adlah sebagian kecil dari kalangan tabi’in yang selanjutnya menjadi ulama’[14].
4.      Tenaga pendidik
Khulafaur rosyididn menentukan kriteri sebagai seorang pendidik, sebagaiman kriteria yang sudah di kemukakan oleh rosulullah SAW, yaitu bahwa orang yang dapat di angkat menjadi pendidik hendaknya memiliki sifat-sifat tertentu. Sepertihalnya sifat yang di miliki oleh rosulullah dan para sahabatnya, yaitu memiliki kompetensi akademik, kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian dan akhlak mulia dan memiliki kompetensi sosial. Selain itu, seorang pendidik selain harus terampil bersih dan rapi, juga senantiasamenjaga dan memelihara kesehatan[15].
5.      Metode dan pendekatan pembelajaran
Adapun metode yang mereka gunnakan dalam mengajar antara lain dengan bentuk halaqah, yakni guru duduk di sebagian ruangan masjid kemudian di kelilingi oleh para siswa. Guru menyampaikan jaran kata demi kata dengan artinya dan kemudian menjelaskan kandunganya. Sementara para siswa menyimak, mencatat, mengulanginya apa yang dikemukakan oleh gurunya[16].
6.      Pusat-pusat dan lembaga pendidikan
pada masa khulafaur rosyidin pusat-pusat pendidikan bukan hanya terdapat di mekkah dan madinah, melainkan jiga sudah tersebar di daerah kekuasaan islam lainnya . seperti mesir, syiria, kuffah, dan basyrah.
Adapun lembaga-lembaga pendidikan yang digunakan masih sama dengan lembaga pendidikan yang di gunakan di zaman rosulullah SAW, yaitu masjid, suffah, kuttab, dan rumah[17].
7.      Pembiayaan dan fasilitas pendidikan
sebagaimana telah di bahas di ataas, bhwa pada masa khulafaur rosyidin sebagian besar waktu banyak di gunakan untuk melakukan konsolidasike dalam, yakni memantapkan komitmen sebagian umat islam kepada ajaran islam, memadamkan berbagai pemberontakan serta perluasan wilayah dakwah islam[18].
8.      Evaluasi dan lulusan pendidikan’
Kegiatan evaluasi pendidikan masih berlangsung secara lisan dan perbuatan yakni bahwa kemampuan seseorang dalam menguasai bahan pelajaran di lihat pada kemampuannya untuk mengemukakan, mengajarkan, dan mengamalkan ajaran tersebut. Para sahabat yang dinilai memiliki  kecakapan dalam ilmu agama, kemudian di percaya oleh masyarakat untuk mengajar atau menyampaikan ilmunya itu kepada orang lain. Kepercayaan masyarakat itulah sesungguhnya merupakan proses dan standar evaluasi yang lebih objektif dan murni, karena kepercayaan publik pada umumnya menggambarkan keadaan yang sesungguhnya dan bersifat objektif.
D.    Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam di zaman bani umayyah
Kekhalifahan Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 41 Hijriah dan berakhir pada tahun 132 H. Dengan demikian, Bani Umayyah berkuasa lebih kurang 91 tahun. Para ahli sejarah umumnya mencatat, bahwa proses berdirinya kekhalifahan Bani Umayyah diperoleh melalui kekerasan, diplomasi, dan tipu daya, tidak melalui pemilihan secara demokrasi berdasarkan suara terbanyak. Nama-nama khalifah Bani Umayyah yang tergolong menonjol adalah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680), Abd al-Malik ibn Marwan(685-705 M), al-Walid ibn Abd al-Malik (705-715 M), Umar ibn Abd al-Aziz(717-720 M), dan Hisyam ibn Abd al-Maalik (724-743 M). Masa kekhalifahan Bani Umayyah selain banyak diisi dengan program-program besar, mendasar, dan strategis, juga banyak melahirkan golongan dan aliran dalam islam, serta perkembangan ilmu agama, ilmu umum, kebudayaan, dan peradaban[19].
E.     Pendidikan pada masa bani umayyyah
·           Visi, misi, tujuan, dan sasaran pendidikan islam
     Visi pendidikan di zaman bani Umayyah secara eksplisit tidak dijumpai. Namun dari berbagai petunjuk bisa diketahui bahwa visinya adalah unggul dalam ilmu agama dan umum sejalan dengan kebutuhan zaman dan masing-masing wilayah Islam[20]. Adapun misinya antara lain:
1.        Menyelenggarakan pendidikan agama dan umum secara seimbang,
2.        Melakukan penataan kelembagaan dan aspek-aspek pendidikan Islam,
3.        Memberikan pelayanan pendidikan pada seluruhg wilayah Islam secara adil dan merata,
4.        Menjadikan pendidikan sebagai penopang utama kemjuan wilayah Islam,
5.        Memberdayakan masyarakat agar dapat memecahkanb masalahnya sesuai dengan kemampuanya sendiri.
     Adapun tujuannya ialah menghasilkan sumber daya manusia yang unggul secara seimbang dalam ilmu agama dan umum serta mampu menerapkannya bagi kemajuan wilayah Islam.Sedangkan yang menjadi sasarannya adalah seluruh umat atau warga yang terdapat di seluruh wilayah kekuasaan Islam, sebagai dasar bagi dirinya dalam membangun masa depan yang lebih baik[21].
     Visi, misi, tujuan, dan sasaran pendidikan tersebut di atas, secara eksplisit atau tertulis tentu belum ada. Namun dari segi kebijakannya secara umum serta hasil-hasil yang dicapai oleh dinasti ini mengandung visi, misi, tujuan, dan sasaran tersebut di atas.
     Terjadinya berbagai kemajuan tersebut dipastikan karena didukung oleh tersedianya sumber daya manusia yang memiliki wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian teknis, dan pengalaman yang dihasilkan melalui proses pendidikan dalam arti luas. Sejarah mencatat, bahwa disamping melakukan ekspansio teritorial, pemerintahan dinasti Umayyah jugamenaruh perhatian dalam bidang pendidikan. memberikan dorongan yang kuat terhadap kemajuan dunia pendidikan dengan menyediakan sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar para ilmuan, para seniman, para ulama dapat mengembangkan bidang keahliannya masing-masing serta mampu melakukan kaderisasi ilmu.
·           kurikulum
     Pada masa bani Umayyah terdapat dua jenis pendidikan yang berbeda sistem dan kurikulumnya, yaitu pendidikan khusus dan pendidikan umum.
1.      Pendidikan khusus adalah pendidikan yang dislenggarakan dan diperuntukkan bagi anak-anak khalifah dan anak-anak pembesarnya. Kurikulumnya diarahkan untuk memperoleh kecakapan memegang kendali pemerintahan, atau hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan keperluan dan kebutuhan pemerintahan. Tempat pendidikannya di istana dan guru-gurunya ditunjuk dan diangkat oleh khalifah dengan mendapat jaminan hidup (gaji).
2.      Pendidikan khusus adalah pendidikan yang diperuntukkan bagi rakyat biasa. Pendidikan ini merupakan kelanjutan dari pendidikan yang telah dilaksakan sejak zaman Nabi masih hidup, ia merupakan sarana yang amat penting bagi kehidupan agama. Karena ia merupakan lanjutan dari pendidikan sebelumnya, maka kurikulum yang digunakan pun sama dengan kurikulum sebelumnya. Yang bertanggungjawab atas kelancaran pendidikan ini adalah para Ulama, merekalah yang memikul tugas mengajar dan membimbing rakya. Mereka bekerja atas dasar dorongan moral serta tanggung jawab agama, bukan atas dasar penunjukkan dan pengangkatan oleh pemerintahan. Karena itu mereka tidak memperoleh jaminan (gaji) dari pemerintah.
·         Kelembagaan
Lembaga-lembaga pendidikan yang berkembang pada zaman bani umayyah, selain masjid, kuttab, dan rumah sebagaimana yang telah ada sebelumnya, juga di tambah lembaga-lembaga pendidikan yang ada pada saat bani umayyah seperti istana, badiah, perpustakaan, Al-bimaristan
·         Pendidik
Pendidik adalah seseorang yang tugasnyaselain mentransfer ilmu pengetahuan dan niali-nilai kepada kepada peserta didik, juga menumbuhkan, membina, mengembangkan bakat, minat, dan segenap potensi yang dimiliki peserta didik, sehingga menjadi aktual dan terberdayakan secara optimal.
·         Sarana dan prasarana
Sarana dapat di artikan sebagai sesuatu yang secara langsung maupun tidak langsung dapat di gunakan untuk mendukug terlaksananya berbagai kegiatan. Dalam kegiatna pendidikan, sarana yang di perlukan antara lain gedung sekolah, perpustakaan, tempat praktikum. Adapun yang termasuk prasarana antara lain halaman masjid, lapangan olah raga, tempat parkir dan toko buku
·         Pembiayaan
Pembiayaan pendidikan di artikan sebagai usaha menyediakan sumber dana sistem penglolaan dan penggunaanya untuk berbagai kegiatan, termasuk pendidikan. pembiayaan di perlukan untuk mengadakan atau membeli segala hal yang di perlukan untuk pendidikan, seperti untuk membangun gedung sekolah, membangun gedung perpustakaan segala gedung bersangkutan dengan lembaga pendidikan.
·         Penglolaan
Penglolaan pendidikan dapat di artikan sebagai kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan, mengawasi, membina, dan menilai hal-hal yang berkaitan dengan seluruh aspek pendidikan.
·         Lulusan
Para lulusan pendidikan dapat di artikan mereka yang telah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang tertentu yang selanjutnya mendapat gelar atau sebutan yang menunjukkan keahliannya, dan memiliki otoritas atau kepercayaan untuk mengajarkan ilmunya





















BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Periodesasi pendidikan islam ialah belajar tentang perjalanan sebuah pendidikan yang di dalam islam.oleh karena itu, perjalanan pendidikan islam terdapat pada sejarah-sejarah islam sendiri. Menurut h nasution, periodesasi pendidikan islam terbagi menjadi tiga periode, yaitu periode klasik, periode pertengahan, periode modern.
            pendidikan islam pada masa khulafaur rosyidin dan bani umayyah pertumbuhan dan perkembangannnya, sungguh begitu pesat adanya. Karena, adanya  visi, misi dan tujuan yang sudah di susun, peserta didik, sasaran, sarana pra sarana, dan lembaga-lembaga yang sudah ada/di bangun.




















Daftar pustaka
Iliyan, Khairul (28 Januari 2016). “Periodesasi Sejarah Pendidikan Pendidikan”. https://newkhairilyulian.wordpress.com.
Nata, Abudin (2011). Sejarah Pendidikan Islam. Cetakan I. Jakarta: Prenada Media Group.
Yulianto, adi (28 januari 2016). “sejarah pendidikan islam”.
Nuy, zane (28 januari 2016). “periodesasi pendidikan islam”.





[1] Nur zane, “periodesasi pendidikan islam”, http://nunuyzane.blogspot.co.id. (di akses pada tanggal 28 januari 2016)
[2]Khairul Iliyan, “Periodesasi Sejarah Pendidikan Islam”, http://newkhairilyulian.wordpress.com (diakses pada 28 Januari 2016).
[3] Yulianto adi, “sejarah pendidikan islam”, http://pandidikan.blogspot.co.id.(diakases pada tanggal 28 januari 2016).
[4] Nata abuddin,”sejarah pendidikan islam”’(2011). Halaman 111
[5] Ibid. Hal 112
[6] Ibid, halaman 113
[7] Ibid, halamaan 114
[8] Ibid 116
[9] Ibid 116
[10] Ibid 117
[11] Ibid 118
[12] Ibid 119
[13] Ibid 120
[14] Ibid 121
[15] Ibid 122-123
[16] Ibid 123
[17] Ibid 123
[18] Ibid 123
[19] Ibid 127
[20] Ibid 130
[21] Ibid 131-134

0 komentar:

Post a Comment