Aku Berfikir, Maka Aku Ada

Sunday, November 6, 2016

Perencanaan Penentuan Score


Perencanaan Penentuan Score
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembelajaran ialah proses yang menuntun kita menjadi seseorang yang lebih baik, baik pendidikan secara formal maupun informal. Akan tetapi juga perlu dipahami bahwa proses pembelajaran juga erat kaitanya dengan proses penilaian score.
Oleh karena itu disemester lima dalam mata kuliah evaluasi pembelajaran, kami sebagai  kelompok lima membahas lebih dalam tentang cara penentuan score tes Obyektif dan tes Subjektif. Agar kami nantiya sebagai calon pendidik dapat mengetahui bagaimana proses kegiatan pembelajaran yang sebenaarnya.
Sebagaimana  yang sudah kita ketahui bahwa dalam ajaran agama islam bahwa banyak keterangan yang menjelaskan bahwa kita umat islam berkewajiban menuntut ilmu dan juga diperintahkan untuk berfikir tentang ciptaan allah, akan tetapi perlu kita ketahui didalam proses menuntut ilmu kita perlu memperhatikan rambu rambu agar kita tidak keluar dari jalan yang sudah ditentukan allah, supaya mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan barokah didunia dan diakhirat.
B.     Rumusan Masalah
1.    Apa Pengertian score ?
2.    Bagaimana cara Penentuan Score Tes Obyektif ?
3.    Bagaimana cara Penentuan Score Tes Subjektif ?
4.    Apa saja Kata kerja operasional dan barokah
C.    Tujuan Penulisan
1.    Mengetahui Pengertian score
2.    Mengetahui Penentuan Score Tes Obyektif
3.    Mengetahui Penentuan Score Tes Subjektif
4.    Mengetahui Kata kerja operasional


BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian score
Skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban instrument menjadi angka – angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban item dalam instrument. Angka – angka hasil penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai – nilai (grade). Menurut Mali El – Bustani skor adalah hasil pekerjaaan memberikan angka yang diperoleh dari setiap butir soal yang telah di jawab dengan benar dengan mempertimbangkan bobot jawaban betulnya. Skor (scoring) adalah proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka.[1]
Penscoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes. Pengolahannya berupa pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka yang kemudian diubah menjadi nilai-nilai melalui suatu proses pengolahan tertentu. Penggunaan simbol untuk menyatakan nilai-nilai itu ada yang dengan angka, seperti angka dengan rentangan 0 – 10, 0 – 100, 0 – 4, dan ada pula dengan huruf A, B, C, D, dan E. Cara menskor hasil tes biasanya disesuaikan dengan bentuk soal-soal tes yang dipergunakan, apakah tes hasil belajar (tertulis) bentuk uraian (subjective test = essay test) dan tes hasil belajar (tertulis) bentuk obyektif (objective test). Karena kedua bentuk tes hasil belajar itu memiliki karakteristik yang berbeda, sudah barang tentu teknik pemeriksaan hasil-hasilnya pun berbeda pula.
2.      Penentuan Score Tes Obyektif
Penentuan Score Obyektif dapat dilakukan secara objektif karena tingkat kebenarannya pun bersifat objektif. Score objektif tidak memberikan penilaian yang bertingkat karena hanya mengenal jawaban benar dan salah. Apabila siswa memberikan respone jawaban sesuai yang dikehendaki maka jawaban tersebut adalah benar dan biasanya diberi nilai 1. Apabila  kondisi yang terjadi sebaliknya jawaban yang diberikan salah dan biasanya akan diberi nilai 0. Sehingga kemungkinan jawaban hanya ada 2 yaitu benar atau salah. Macam – macam tes objektif yaitu
a)   Pemberian Skor Pada Tes Benar – Salah (True – False)
Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B yang berarti pernyataan tersebut benar dan S yang berarti pernyataan tersebut salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah.
Contoh Tes Benar Salah:
B S : Jakarta adalah Ibukota negara Indonesia
B S : Surabaya adalah Ibukota propinsi jawa timur
B S : Bendera Indonesia berwarna Merah Putih
Cara Melakukan Penskoran Tes Benar Salah
Cara Melakukan Penskoran Tes Benar Salah ada 2 yaitu dengan denda / hukuman dan tanpa denda / hukuman. Meskipun kedua rumusnya berbeda tetapi hasilnya akan sama.
*   Dengan Denda / hukuman adalah  karena diragukan ada unsur tebakan
S: Score              R: Right / Benar          W: Wrong / Salah
Contoh:  jumlah soal 10, jawaban benar 7 dan jawaban salah 3
Jadi score (S) = R – W =  7 - 3 = 4
*   Tanpa Denda / hukuman adalah banyaknya angka yang diperoleh siswa sebanyak jawaban yang cocok dengan kunci.
S: Score         T: Total / jumlah soal dalam tes          W: Wrong / Salah
Contoh: jumlah soal 10, jawaban benar 7 dan jawaban salah 3
Jadi score (S) = T – 2W =  10 – (2 x 3) = 10 – 6 = 4
Kelebihan Tes Benar Salah:
Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak memakan tempat yang banyak;  Mudah dalam penyusunannya; Petunjuk mengerjakannya mudah dimengerti;  Dapat digunakan berkali-kali; Objektif dan Praktis
Kelemahan Tes Benar Salah:
Mudah ditebak; Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan kemungkinan benar atau salah; Reliabilitasnya rendah dan Hanya dapat mengungkapkan daya ingat dan pengenalan kembali.[2]
b)   Pemberian Skor Pada Tes Pilihan ganda (Multiple Choice Test)
Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan. Dengan bentuk tes seperti ini, siswa diminta untuk melingkari atau tanda silang salah satu pilihan jawaban.
Contoh Tes Pilihan Ganda
Rukun islam yang pertama adalah........
a.haji           b.sholat            c.zakat             d.syahadat       e.puasa
Cara Melakukan Penskoran Tes Pilihan Ganda
Dalam menentukan angka untuk tes bentuk pilihan ganda, dikenal 2 macam cara pula yaitu dengan denda / hukuman dan  rumus tanpa denda/ hukuman
*   Dengan Denda / hukuman adalah  karena diragukan ada unsur tebakan
S = (R – W) : (n – 1)

S: Score                          W: Wrong / Salah
R: Right / Benar            n: Banyaknya Pilihan Jawaban
Contoh: jumlah soal 20, benar 16, salah 4 dan pilihan jawaban ada 5
Jadi score S = (R – W) : (n – 1) = (16 – 4): (5 – 1) = 12 : 4 = 3
*   Tanpa Denda / hukuman adalah banyaknya angka yang diperoleh siswa sebanyak jawaban yang cocok dengan kunci
S = R
S: Score                          R: Right / Benar
Contoh: jumlah soal 10, benar 8, salah 2 dan pilihan jawaban ada 4
Maka score S = R jadi nilainya S = 8
Untuk tes obyektif bentuk pilihan ganda perhitungan skor akhir pada umumnya tidak memperhitungkan sanksi berupa denda, sehingga rumus yang sering digunakan adalah S = R Dengan kata lain, skor yang diberikan kepada siswa adalah sama dengan jumlah jawaban betulnya.[3]
c)    Pemberian Skor Pada Tes Menjodohkan (Matching Test)
Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan dan satu sisi jawaban, setiap pertanyaan mempunyai jawaban pada sisi sebelahnya. Siswa ditugaskan untuk memasangkan atau mencocokkan, sehingga setiap pertanyaan mempunyai jawaban yang benar. Cara Melakukan Penskoran Tes Menjodohkan (Matching Test) yaitu
S = R
S: Score                                         
R: Right / Benar
Dengan rumus penskoran diatas item yang dijawab salah dan dikosongkan dianggap salah dan nilainya 0 karena yang dihitung hanya item yang dijawab betul. Contoh jumlah soal 10, jawaban benar 7, salah 2 dan dikosongkan 1 maka nilainya adalah 7.
Kelebihan Tes Menjodohkan (Matching Test):
Dipergunakan untuk menilai bermacam-macam hal;  Relatif mudah disusun; jika disusun dengan baik, maka faktor menerka-nerka dapat dihilangkan; Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan objektif.
Kelemahan Tes Menjodohkan (Matching Test)
Sukar menyusun test jenis ini yang benar-benar baik; Untuk menilai ingatan saja; Pengarahan jawaban sering terjadi; Memakan banyak waktu dan tenaga untuk menyusunnya.[4]
d)   Pemberian Skor Pada Tes Isian (Complementary Test)
Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik). Bagian yang dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian yang diminta agar pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan yang benar. Pada tes ini sulit dilakukan tebakan, sehingga tidak diperlukan denda terhadap jawaban yang salah. Maka rumus yang digunakan adalah :
S = R
S: Score                                         
R: Right / Benar
Contoh jumlah soal 10, jawaban benar 7 jadi nilainya adalah 7
3.      Penentuan Score Subyektif (tes uraian)
Tes esai adalah suatu bentuk tes yang terdiri dari pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian urauan yang relative panjang. Tes ini dirancang untuk mengukur hasil belajar dimana unsur yang diperlukan untuk menjawab soal yang disusun sendiri oleh guru.  Soal uraian berbeda dengan soal objektif dalam kebenarannya yang bertingkat. Kebenaran bertingkat tergantung tingkat kesesuaian jawaban siswa dengan jawaban yang dikehendaki yang ditulis didalam kunci jawaban.
Sebelum menyusun tes uraian sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu pokok pokok jawaban yang kita kehendaki. Dengan demikian akan mempermudah kita dalam mengoreksi jawaban tersebut karena jawabanya yang kita peroleh pasti beraneka ragam. Berikut langkah – Langkah pemberian skor yaitu
ü Membaca soal pertama dari seluruh siswa untuk memperoleh gambaran mengenai lengkap tidaknya jawaban yang diberikan siswa secara keseluruhan
ü Menentukan angka untuk soal pertama. Misalnya jika jawabannya lengkap diberi angka 5 kurang sedikit 4 begitu seterusnya
ü Mengulang langkah langkah tersebut untuk soal ke 2,3,4 dan seterusnya
ü Menjumlah angka angka yang diperoleh masing masing siswa untuk tes bentuk uraian
Alternatif kedua untuk pemberian skor pada tes bentuk uraian adalah dengan menggunakan cara pemberian angka yang relative. Misalnya untuk suatu nomor soal jawaban yang paling lengkap mengandung 3 unsur padahal yang kita kehendaki 5 unsur maka jawaban yang paling lengkap kita beri angka 5 sedangkan yang hanya menjawab 2 / 1 unsur kita beri nilai yang lebih sedikit yaitu 3,2 dan seterusnya. Cara tersebut memberikan angka dengan berdasarkan norma kelompok. Apabila dalam memberikan angka berdasarkan standart mutlak  maka langkah langkahnya yaitu:
ü Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh siswa dan dibandingkan dengan kunci yang telah disusun
ü Membubuhkan skor disebelah kiri setiap jawaban tiap nomor
ü Menjumlah skor yang telah ditulis pada setiap soal
Dengan cara ini maka skor yang diperoleh siswa tidak dibandingkan dnegan jawaban paling lengkap yang diberikan oleh siswa lain, tetapi dibandingkan dengan jawaban lengkap yang dikehendaki dan sudah ditentukan oleh guru[5]
Kelebihan Tes uraian (subjective test = essay test)
ü Kekuatan soal untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan melibatkan level kognif yang tinggi
ü Memberi kesempatan pada anak untuk menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri
ü Tepat digunakan untuk melatih siswa dalam mengemukakan dan mengorganisasi gagasan / ide serta lebih cepat dan mudag membuatnya
ü Tepat digunakan untuk melatih siswa dalam mengemukakan dan mengorganisasi gagasan / ide serta lebih cepat membuatnya
Kelemahan Tes uraian (subjective test = essay test)
ü Terdapat subjectivitas dalam penilaiannya karena penilaian / situasi yang berbeda
ü Tes esai menghendaki jawaban yang panjang sehingga tidak memungkinkan di tulis dalam jumlah banyak (representative)
ü Membutuhkan waktu lama untuk mengoreksi dan menentukan nilai[6]
4.      Kata Kerja Operasional
Kata kerja operasional ada 3 yaitu kata kerja operasional kognitif, afektif dan psikomotorik
a.    Kognitif
Upaya pengembangan fungsi koqnitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap koqnitif sendiri, melainkan terhadap afektif dan psikomotor. Ada dua macam kecakapan koqnitif siswa yang perlu dikembangkan secara  khusus oleh guru yaitu:
*   Strategi belajar memahami isi materi pelajaran
*   Strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung didalam materi tersebut.
Strategi adalah prosedur mental yang berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan upaya yang bersifat koqnitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan koqnitif atau kebiasaan belajar. Pilihan tersebut yaitu menghafal prinsip yang ada dalam materi dana mengaplikasikan prinsip-prinsip tersebut. Ada dua prefensi koqnitif yaitu
*   Dorongan dari luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa menganggap belajar hanya sebagai alat pencegah ketidakstabilan atau ketidaknaikkan. Aspirasi yang dimilikinya bukan ingin menguasai materi secara mendalam tetapi hanya sekedar lulus  atau naik kelas semata
*   Dorongan dari dalam (motif Intrinsik), dalam arti siswa tertarik dan membutuhkan materi-materi yang disajikan gurunya.
Guru dituntut untuk mengembangkan dengan kecakapan koqnitif siswa dalam memecahkan masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya dan keyakinan terhadap pesan moral yang terkandung dan menyatu dalam pengetahuan.
Ø Pengetahuan /hafalan/ingatan (knowledge). 
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah proses berfikir yang paling rendah. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal surat al fatihah dan dapat menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, contoh Kata-kata instruksional yang sering digunakan: Mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasi, mendaftarkan, menjodohkan, menyebutkan, menyatakan (state), mereproduksi, membaca, menghafalal, memilih, menulis, mempelajari dan lain lain.
Ø Pemahaman (comprehension).
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi.  Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah satu contoh misalnya: Peserta didik atas dapatmenjawab pertanyaan guru dan dapat menguraikan tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-’Ashar secara lancar dan jelas. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mempertahankan, membedakan, menduga (estimate), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan, contoh, menuliskan kembali, menggunakan, dan lain lain.
Ø Aplikasi/ penerapan
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman. Contohnya Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, menemukan, memanipulasi, memodifikasi, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan, menghasilkan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan dan lain lain.
Ø Analisis.
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci / menguraikan suatu bahan / keadaan menurut bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian atau faktor yang satu dengan faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi. Contoh Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: memerinci, menyusun diagram, membedakan, mengidentifikasi, mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan, memilih, memisahkan, membagi (subdivides).
Ø Sintesis.
Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu hasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengategorikan, mengombinasikan, mengarang, menciptakan, membuat desain, menjelaskan, memodifikasikan, mengorganisasikan, menyusun, membuat rencana, mengatur kembali, merekronstuksikan, menghubungkan, mereorganisasikan, merevisi, menuliskan kembali, menuliskan, menceritakan.
Ø Evaluasi/ penilaian
Adalah jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan, membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan, menghubungkan, membantu (supports).[7]
b.   Afektif
Kebersihan pengembangan koqnitif tidak hanya membuahkan kecakapan koqnitif akan tetapi membuahkan kecakapan afektif. Pemahaman yang mendalam terhadap arti penting materi serta preferensi. Koqnitif mementingkan aplikasi prinsip atau meningkatkan kecakapan afektif para siswa. Peningkatan-peningkatan afektif ini antara lain, berupa kesadaran beragama yang mantap
Ø Reesiving / penerimaan
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menanyakan, memilih, mendeskripsikan, mengikuti, memberikan, mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukkan, memilih, menjawab.
Ø Responding / Pemberian respon atau partisipasi
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menjawab, membantu, mendiskusikan, menghormat, berbuat, melakukan, membaca, memberikan, menghafal, melaporkan, memilih, menceritakan, menulis.
Ø Valuing / Penilaian atau penentuan sikap
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan apresiasi”. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: melengkapi, menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundang, menggabung, mengusulkan, membaca, melaporkan, memilih, bekerja, mengambil bagian (share), mempelajari.
Ø Organization
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, melengkapi, mempertahankan, menerangkan, menggeneralisasikan, mengidentifikasikan, mengintregasikan, memodifikasikan, mengorganisir, menyiapkan, menghubungkan, mensistesiskan.
Ø Karakterisasi / pembentukan pola hidup (Characterization by value or value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa Kata-kata instruksional yang sering digunakan: membedakan, menerapkan, mengusulkan, memperagakan, mempengaruhi, mendengarkan, memodifikasikan, mempertunjukkan, menanyakan, merevisi, melayani, memecahkan, menggunakan.[8]
c.    Psikomotorik
Ø Peniruan
terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menyesuaikan, mengatur, mengumpulkan, mennimbang, membangun dan lain lain
Ø Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: memilah, melatih, memperbaiki, menempatkan, mencampur, mengisi, mengoreksi dan lain lain
Ø Ketetapan
memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: menggantikan, memutar, mengirim, memindahkan, memproduksi, mengoperasi, mengemas, membungkus dan lain lain.
Ø Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda. Kata-kata instruksional yang sering digunakan: mempertajam, membentuk, memulai, menempel, mendengarkan, mengalihkan dan lain lain.
Ø Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik. [9]








BAB III
KESIMPULAN
*      Pengertian score adalah proses pengubahan jawaban instrument menjadi angka – angka yang merupakan nilai kuantitatif dari suatu jawaban item dalam instrument. Angka – angka hasil penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai – nilai (grade).
*      Penentuan Score Tes Obyektif Penentuan Score Obyektif dapat dilakukan secara objektif karena tingkat kebenarannya pun bersifat objektif. Score objektif tidak memberikan penilaian yang bertingkat karena hanya mengenal jawaban benar dan salah. Macam tes objectif yaitu tes benar salah, tes pilihan ganda, tes menjodohkan, dan tes isian.
*      Penentuan Score Tes Subjektif
*      Kata kerja operasional ada 3 yaitu kata kerja operasional kognitif, afektif dan psikomotorik


















DAFTAR PUSTAKA
Liskacita, (12 oktober 2016) scoring dan penilaian, http://belajarekonomiii.blogspot.co.id/
Zuhaili, Zain (12 oktober 2016) Teknik Pemberian Score, Https://Zainzuhaili.Wordpress.Com/
Muhtar, Evendi (12 oktober 2016) tes objectif,  http://evendimuhtar.blogspot.co.id/
Mustafa, Ali (12 oktober 2016) kata kerja operasional, https://alimmustafa.wordpress.com/
anshori, Muhammad (12 oktober 2016) kata kerja operasional, http://ans29.blogspot.co.id/
sudjiono, Anas (12 oktober 2016) pemeriksaan dan pemberian skor, http://nengberbagi.blogspot.co.id/
wibawa,Bhima (12 oktober 2016) tes objectif dan subjectif, http://bhimashraf.blogspot.co.id/





[1]Liskacita, scoring dan penilaian, http://belajarekonomiii.blogspot.co.id/ (diakses pada 12 oktober 2016)

[3]Zain Zuhaili,Teknik Pemberian Score, Https://Zainzuhaili.Wordpress.Com/ (Diakses Pada 12 Oktober 2016)
[4]Evendi Muhtar, tes objectif,  http://evendimuhtar.blogspot.co.id/ (diakses pada 12 oktober 2016)
[5] Anas sudjiono, pemeriksaan dan pemberian skor, http://nengberbagi.blogspot.co.id/ (diakses pada 12 oktober 2016)
[6] Bhima wibawa,tes objectif dan subjectif, http://bhimashraf.blogspot.co.id/ Diakses Pada 12 Oktober 2016)
[7] Zain Zuhaili,Teknik Pemberian Score, Https://Zainzuhaili.Wordpress.Com/ (Diakses Pada 12 Oktober 2016)
[8]Ali Mustafa, kata kerja operasional, https://alimmustafa.wordpress.com/(diakses pada 12 oktober 2016)
[9] Muhammad anshori, kata kerja operasional, http://ans29.blogspot.co.id/ (diakses Pada 12 Oktober 2016)

0 komentar:

Post a Comment