1.
KARANGAN
BUNGA TERMASUK TA'ZIAH
Melihat perkembangan zaman yang kian pesat, banyak sekali
model ta’ziah yang terjadi dikalangan perkotaan, khususnya orang kaya. Dimana
ketika ada yang meninggal dunia, mereka hanya mengirimkan boket (karangan bunga)
kepada orang yang tertimpa musibah sebagai rasa bela sungkawa. Apakah
pengiriman karangan bunga tersebut sudah mendapatkan kesunahan ta’ziah?
Jawab: Sudah dapat kesunahan ta’ziah. Karena
mengirimkan karangan bunga sudah mengandung unsur bela sungkawa.
Referensi:
&
الأذكار
صحـ : 136 مكتبة الحرمين
وَأَمَّا لَفْظَةُ التَّعْزِيَّةِ فَلاَ حَجْرَ فِيْهِ فَبِأَيِّ لَفْظٍ عَزَّاهُ
حَصَلَتْ وَاسْتَحَبَّ أَصْحَابُنَا اَنْ يَقُوْلَ فِيْ تَعْزِيَةِ الْمُسْلِمِ بِالْمُسْلِمِ
أَعْظَمَ اللهُ أَجْرَكَ وَأَحْسَنَ عَزَاءَكَ
وَغَفَرَ لِمَيِّتِكَ اهـ
&
حاشيتا
قليوبي وعميرة الجزء 1 صحـ : 401 مكتبة دار الفكر
وَتَحْصُلُ التَّعْزِيَةُ بِكِتَابٍ أَوْ رِسَالَةٍ أَوْ نَحْوِ ذَلِكَ اهـ
&
حاشية
البجيرمي على الخطيب الجزء 2 صحـ : 306 مكتبة دار الفكر
قَوْلُهُ ( وَيُعَزِّيْ ) التَّعْزِيَةُ لُغَةً التَّسْلِيَةُ وَشَرْعًا اْلأَمْرُ
بِالصَّبْرِ وَالْحَمْلُ عَلَيْهِ بِوَعْدِ اْلأَجْرِ وَالتَّحْذِيْرُ مِنَ الْوِزْرِ
بِالْجَزَعِ وَالدُّعَاءُ لِلْمَيِّتِ بِالْمَغْفِرَةِ وَلِلْمُصَابِ بِجَبْرِ
الْمُصِيْبَةِ شَرْحُ الْمَنْهَجِ وَتَحْصُلُ التَّعْزِيَةُ بِالْمُكَاتَبَاتِ
وَالْمُرَاسَلاَتِ اهـ
&
نيل
الأوطار الجزء 4 صحـ : 117 مكتبة دارالحديث
وَأَصْلُ الْعَزَاءِ فِي اللُّغَةِ الصَّبْرُ الْحَسَنُ وَالتَّعْزِيَةُ
التَّصَبُّرُ وَعَزَّاهُ صَبَّرَهُ فَكُلُّ مَا يَجْلِبُ لِلْمُصَابِ صَبْرًا
يُقَالُ لَهُ تَعْزِيَةٌ بِأَيِّ لَفْظٍ كَانَ وَيَحْصُلُ بِهِ لِلْمُعَزِّي اْلأَجْرُ
الْمَذْكُوْرُ فِي اْلأَحَادِيْثِ السَّابِقَةِ وَأَحْسَنُ مَا يُعَزَّى بِهِ مَا
أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ مِنْ حَدِيْثِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ كُنَّا
عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَرْسَلَتْ إلَيْهِ إحْدَى
بَنَاتِهِ تَدْعُوْهُ وَتُخْبِرُهُ أَنَّ صَبِيًّا لَهَا أَوِ ابْنًا لَهَا فِي
الْمَوْتِ فَقَالَ لِلرَّسُولِ ارْجِعْ إلَيْهَا وَأَخْبِرْهَا أَنَّ ِللهِ مَا
أَخَذَ وَللهِ مَا أَعْطَى وَكُلَّ شَيْءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًّى فَمُرْهَا
فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ الْحَدِيثُ سَيَأْتِيْ وَهَذَا لاَ يَخْتَصُّ بِالصَّغِيْرِ
بِاعْتِبَارِ السَّبَبِ ِلأَنَّ كُلَّ شَخْصٍ يَصْلُحُ أَنْ يُقَالَ لَهُ وَفِيْهِ
ذَلِكَ وَلَوْ سُلِّمَ أَنَّ أَوَّلَ الْحَدِيْثِ يَخْتَصُّ بِمَنْ مَاتَ لَهُ
صَغِيْرٌ كَانَ اْلأَمْرُ بِالصَّبْرِ وَاْلاحْتِسَابِ الْمَذْكُوْرِ آخِرَ
الْحَدِيْثِ غَيْرَ مُخْتَصٍّ بِهِ اهـ
2.
ETIKA ZIARAH
QUBUR DI MATA FIQH
Misi paling esensial dalam ritual ziarah ke makam para anbiyâ’,
auliyâ’ dan ulama’ ash-shalihîn adalah sebagai media untuk
mengingatkan kita terhadap kematian, supaya hati kita tidak terperangkap dan tenggelam
dalam kenikmatan dunia yang sesaat. Namun dalam prakteknya, banyak masyarakat
tidak mengetahui tentang etika berziarah. Bagaimana tatacara atau etika ziarah
kubur yang benar menurut pandangan syara'?
Jawab: Etika ziarah kubur adalah sebagai berkut sebagai
berikut;
@ Ketika akan masuk ke area pemakaman
disunahkan berdo'a:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ
وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ
@ Disaat ziarah menghadap ke arah timur
dan menghadap ke arah wajah makam yang diziarahi.
@ Ketika mendo'akan jenazah menghadap
ke arah kiblat.
@ Menghindari berkumpulnya antara
laki-laki dan perempuan.
Referensi:
&
المجموع
الجزء الخامس صحـ : 287 مكتبة مطبعة المنيرية
وَالْمُسْتَحَبُّ
أَنْ يَقُوْلَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ وَإِنَّا إنْ شَاءَ
اللَّهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ وَيَدْعُوْ لَهُمْ لِمَا رَوَتْ عَائِشَةُ رضي الله
عنها { أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ يَخْرُجُ إلَى الْبَقِيْعِ
فَيَقُوْلُ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ دَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ وَإِنَّا إنْ شَاءَ
اللَّهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ ِلأَهْلِ بَقِيْعِ الْغَرْقَدِ - إلى
أن قال - قَالَ أَبُو الْحَسَنِ وَاسْتِلاَمُ الْقُبُوْرِ وَتَقْبِيْلُهَا الَّذِي
يَفْعَلُهُ الْعَوَامُّ اْلآنَ مِنَ الْمُبْتَدَعَاتِ الْمُنْكَرَةِ شَرْعًا
يَنْبَغِيْ تَجَنُّبُ فِعْلِهِ وَيُنْهَى فَاعِلُهُ قَالَ فَمَنْ قَصَدَ السَّلاَمَ
عَلَى مَيِّتٍ سَلَّمَ عَلَيْهِ مِنْ قِبَلِ وَجْهِهِ وَإِذَا أَرَادَ الدُّعَاءَ
تَحَوَّلَ عَنْ مَوْضِعِهِ وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ قَالَ أَبُو مُوْسَى وَقَالَ
الْفُقَهَاءُ الْمُتَبَحِّرُوْنَ الْخُرَاسَانِيُّوْنَ الْمُسْتَحَبُّ فِي
زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ أَنْ يَقِفَ مُسْتَدْبِرَ الْقِبْلَةِ مُسْتَقْبِلاً وَجْهَ
الْمَيِّتِ يُسَلِّمُ وَلاَ يَمْسَحُ الْقَبْرَ وَلاَ يُقَبِّلُهُ وَلاَ يَمَسُّهُ
فَإِنَّ ذَلِكَ عَادَةُ النَّصَارَى اهـ
3.
HUKUM
NONGKRONG DI ATAS KUBURAN
Kebiasaannya orang-orang yang bertugas menggali kuburan, ketika
penggaliannya telah selesai, ada sebagian dari mereka yang duduk di atas
kuburan sambil menunggu jenazah datang. Bagaimana hukumnya duduk di atas kuburan?
Jawab: Makruh, kecuali ada hajat.
Referensi:
&
حاشيتا
قليوبي وعميرة الجزء 1 صحـ : 400 مكتبة دار إحياء الكتب العربية
وَلاَ يُجْلَسُ عَلَى الْقَبْرِ وَلاَ يُتَّكَأُ عَلَيْهِ وَلاَ يُوْطَأُ
أَيْ يُكْرَهُ ذَلِكَ إِلاَّ لِحَاجَةٍ بِأَنْ لاَ يَصِلَ إلَى قَبْرِ مَيِّتِهِ إِلاَّ
بِوَطْئِهِ قَالَ فِي الرَّوْضَةِ وَكَذَا يُكْرَهُ اْلاسْتِنَادُ إلَيْهِ قَالَ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { لاَ تَجْلِسُوْا عَلَى الْقُبُوْرِ وَلاَ تُصَلُّوْا
إلَيْهَا } رَوَاهُ مُسْلِمٌ ( وَلاَ يُجْلَسُ عَلَى الْقَبْرِ ) أَيْ عَلَى مَا
حَاذَى الْمَيِّتَ مِنْهُ وَكَذَا مَا بَعْدَهُ قَوْلُهُ ( وَلاَ يُوْطَأُ )
خَرَجَ بِهِ الْمَشْيُ بَيْنَ الْقُبُوْرِ وَلَوْ بِالنَّعْلِ وَبِلاَ حَاجَةٍ فَلاَ
يُكْرَهُ اهـ
4.
HUKUM HARTA
MAYIT DIBUAT SLAMETAN
Keluarga yang ditinggal mati, umumnya mengadakan acara selamatan
(bersedekah) yang dikemas tahlilan untuk mendo'akan orang yang meninggal. Namun
melihat praktek yang ada, biaya selamatan tersebut biasanya diambilkan dari
harta tirkah sebelum ada pembagian. Apa hukum mengambil biaya selamatan yang
diambil dari harta tirkah?
Jawab: Boleh, selama ahli warisnya tidak ada yang mahjûr ‘alaih
(orang yang tercegah untuk men-tasharruf-kan hartanya, seperti; ahli
waris ada yang belum balîgh), kecuali ada wasiat dari orang yang
meninggal. Menurut Mâlîkiyyah adat yang terlaku hukumnya sama dengan wasiat,
sehingga tidak apa-apa diambilkan dari tirkah, asalkan tidak melebihi
1/3 tirkah.
Referensi:
&
حاشية
الشيخ إبراهيم الباجوري الجزء 1 صحـ : 369 مكتبة دار الكتب الإسلامية
(مَسْأَلَةٌ كَثِيْرَةُ
الْوُقُوْعِ) وَهِيَ أَنَّهُ مَتَى كَانَ فِي الْوَرَثَةِ مَحْجُوْرٌ عَلَيْهِ بِأَنْ
كَانَ فِيْهِمْ قَاصِرٌ أَوْ شَفِيْهٌ حَرُمَ التَّصَرُّفُ فِيْ شَيْءٍ مِنَ التِّرْكَةِ
كَنَحْوِ السَّبْحِ وَالْجَمْعِ وَغَيْرِ ذَلِكَ إِلاَّ إِنْ أَوْصَى بِهِ وَعِنْدَ
الْمَالِكِيَّةِ تُعْتَبَرُ الْعَادَةُ فَمَا جَارَتْ بِهِ كَانَ بِمَنْزْلَةِ الْمُوْصَى
بِهِ اهـ
5.
DALIL UPACARA
MENGENANG KEMATIAN, TUJUH HARI & 40 HARI
Sebagian tradisi warga Nahdiyyin, seperti; sedekah pada
mayit yang dikemas dengan tahlilan, dituding sebagai bid’ah oleh kelompok yang
kontra. Dengan alasan menambah kesusahan atau beban pada Shâhib al-Mushîbah.
Adakah dalil yang menjelaskan sedekah tersebut?
Jawab: Menyelenggarakan
ritual upacara kematian, seperti; tujuh harinya mayit, empat puluh hari,
seratus hari, haul dan lain sebagainya. Jika kita amati tujuan dan makna
upacara tersebut, tidak lain untuk shadaqah dan mendo’akan mayit, yang pada
intinya untuk meringankan si mayit. Dengan demikian, tradisi di atas tergolong
hal-hal yang dianjurkan oleh syara’. Dan sebagai bukti bahwa tradisi di atas
bukan meng-ada-ngada, artinya memang betul-betul ada dasarnya. Seperti
yang dikatakan as-Suyûthiy, ada sebagian riwayat dari Imam Thâwus terkait hal
ini, sebagaimana berikut;
قَالَ الطَّاوُسُ إِنَّ الْمَوْتَى يُفْتَنُوْنَ فِيْ قُبُوْرِهِمْ سَبْعًا فَكَانُوْا يَسْتَحِبُّوْنَ أَنْ يُطْعِمُوْا عَنْهُمْ تِلْكَ اْلأَيَّامَ
(أخرجه أحمد وأبو نعيم )
Imam Thâwus berkata:
“Seseorang yang meningga,l akan mendapat ujian
dari Allah dalam
kuburannyaselama tujuh hari. Oleh karena itu,
seyogyanya bagi
mereka yang masih hidup memberikan suatu
jamuan atau shadaqah bagi yang mati selama
hari
ujian tersebut”.
(HR. Ahmad & Abu Na’îm).
Atsar yang diriwayatkan Imam Thâwus, hukumnya sama dengan
hadits marfû’
mursal, dan sanad-nya sampai pada tabi’în. Sehingga menurut Imam Hanafi,
Hambali dan Imam Mâliki, bahwa riwayat Imam Thâwus tersebut dapat
dijadikan sebagai pijakan secara mutlak. Sedangkan Imam Syâfi’i mengatakan,
bahwa untuk menjadikan hujjah riwayat Imam Thâwus di atas, harus ada
dalil pendukung. Seperti ditemukan hadits lain yang senada atau ketetapan para
Shahâbat (konsensus). Namun bentuk kehati-hatian Imam Syâfi’i itu telah
terjawab, sebab ada hadits lain yang senada dengan atsar Imam Thâwus yang
diriwayatkan oleh Mujâhid dan ‘Ubaid bin Umair, berikut haditsnya;
عَنْ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ قَالَ يُفْتَنُ رَجُلاَنِ مُؤْمِنٌ وَمُنَافِقٌ فَأَمَّا اْلمُؤْمِنُ فَيُفْتَنُ سَبْعًا وَأَمَّا اْلمُنَافِقُ فَيُفْتَنُ أَرْبَعِيْنَ صَبَاحًا
Dari Ubaid Ibn Umair
berkata: “Orang yang meninggal akan mengalami ujian dalam kuburannya baik itu
orang mukmin atau munâfiq. Adapun orang mukmin
ujiannya selama 7
hari. Sedangkan munafiq 40 hari di waktu pagi”.
Kendati demikian, ahli
hadits dan pakar usul belum mencapai kata sepakat menyikapi setatus
riwayat Imam Thâwus. Ada yang mengklaim, bahwa riwayat itu termasuk Hadits marfû’,
artinya upacara sebagaimana yang digambarkan dalam riwayat Imam Thâwus telah
ada semenjak masa Nabi Saw., dan beliau menyetujuinya. Sedangkan pendapat yang
lain mengatakan, bahwa riwayat Imam Thâwus, sanad-nya hanya pada Shahâbat,
tidak sampai kepada beliau Nabi Saw. Dari pendapat yang
kedua ini juga memunculkan sebuah polemik tersendiri dikalangan mereka.
Sehingga terdapat beberapa kemungkinan menyikapi riwayat Imam Thâwus tersebut. Diantara
mereka ada yang mengatakan, bahwa hal itu pernah dilakukan oleh semua Shahâbat (ijmâ’).
Ada juga yang berpendapat hanya sebagian Shahâbat saja yang melakukannya. Dan
pendapat yang kedua ini yang menjadi pilihan Imam An-Nawawy.[1]
Maka dari itu, masalah sedekah yang dikemas
dengan tahlilan, tidak berlebihan seandainya kita katakan bagian yang dapat
meringankan pada mayit, sebab bacaan tahlilan yang terjadi dimasyarakat NU
diambilkan dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadits Nabi Saw. yang tujuan
bacaan tersebut, pahalanya dihadiahkan pada si mayit. Hal ini sesuai dengan
sabda Nabi Saw.;
قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَعَانَ عَلَى مَيِّتٍ بِقِرَاءَةٍ
وَذِكْرٍ اسْتَوْجَبَ اللهُ لَهُ الْجَنَّةَ
(رواه الدارمي والنسائ عن إبن عباس)
Rasulullâh saw
bersabda: “Barang siapa menolong mayit dengan membacakan
ayat-ayat al-Qur’an
dan dzikir, Allah memastikan surga baginya”.
(HR. Darimi dan
Nasa'i dari Ibn Abbas).
Juga
diceritakan dari Abû ar-Rabî’, dikala beliau menghadiri sebuah perkumpulan,
beliau beserta para jama’ah membaca kalimat لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ sebanyak 70 ribu
kali. Dan setelah selesai, para jama’ah
diberi hidangan makanan. Pada saat itu, ada seorang pemuda yang hendak mengambil
makanan, namun tidak jadi memakannya, malah ia menangis. Sehingga para jama’ah
bertanya pada dia, “Kenapa Kamu menangis?”. Lalu seorang pemuda itu menjawab,
“Aku melihat neraka dan Ibuku ada di sana”. Kemudian Abû ar-Rabî’ yang berada diantara
perkumpulan juga mendengar dan dalam hatinya beliau berdo'a, “Ya Allah,
sesungguhnya Engkau Maha Tahu bahwa aku telah membaca tahlil sebanyak 70 ribu
kali, dan akan aku jadikan tahlil tersebut sebagai penebus dosa ibu pemuda yang
ada di neraka”. Jelang beberapa saat kemudian pemuda itu berhenti dari
tangisannya dan memberikan kabar, bahwa dia melihat ibunya telah keluar dari
neraka. Lalu dia makan bersama para jama’ah. Dari uraian yang sangat sederhana
ini, sebenarnya sudah dapat dimengerti, bahwa tradisi yang dilakukan oleh orang-orang
NU tidak meng-ada-ngada dan telah dikenal di masa awal Islam.
Referensi:
&
نصائح
العباد صحـ : 22 مكتبة الهداية
(اَلْخَامِسُ وَالْعِشْرُوْنَ
النُّطْقُ بِالتَّوْحِيْدِ) لِمَا رَوَى أَحْمَدُ وَغَيْرُهُ حَدِيْثَ جَدِّدُوْا إِيْمَانِكُمْ قِيْلَ يَا رَسُوْلَ
اللهِ كَيْفَ نُجَدِّدُ إِيْمَانَنَا قَالَ أَكْثِرُوْا مِن قَوْلِ لاَ إِلَهَ إِلاَ
اللهُ. وَرُوِيَ أَنَّ الشَّيْخَ أَبَا الرَّبِيْعِ اْلماَلِقِي كَانَ عَلَى مِائَةِ
الطَّعَامِ وَكَانَ قَدْ ذَكَرَ لاَ إِلَهَ إِلاَ اللهُ سَبْعِيْنَ أَلْفَ مَرَّاتٍ
وَكَانَ مَعَهُمْ عَلَى الْمَائِدَةِ شَابٌّ مِنْ أَهْلِ الْكَشْفِ فَحِيْنَ مَدَّ
يَدَهُ إِلَى الطَّعَامِ بَكَى وَامْتَنَعَ مِنَ الطَّعَامِ فَقَالَ لَهُ الْحَاضِرُوْنَ
لِمَ تَبْكِيْ فَقَالَ أَرَى جَهَنَّمَ وَأَرَى أُمِّيْ فِيْهَا قَالَ الشَّيْخُ أَبُوْ
الرَّبِيْعِ فَقُلْتُ فِيْ تَفْسِيْ اللَّهُمَّ إِنَّكَ تَعْلَمُ أَنِّيْ قَدْ هَلَّلْتُ
هَذِهِ سَبْعِيْنَ أَلْفًا وَقَدْ جَعَلْتُهَا عِتْقَ أُمِّ هَذَا الشَّابِّ مِنَ
النَّارِ فَقَالَ الشَّابُّ الْحَمُدُ للهِ أَرَى أُمِّيْ قَدْ خَرَجَتْ مِنَ النَّارِ
وَمَا أَدْرِيْ مَا سَبَبُ خُرُوْجِهَا وَجَعَلَ هُوَ يَبْتَهِجُ وَأَكَلَ مَعَ الْجَمَاعَةِ
وَهَذَا التَّهْلِيْلُ بِهَذَا الْعَدَدِ يُسَمَّى عِتَاقَةً صُغْرَى كَمَا أَنَّ
سُوْرَةَ الصَّمَدَنِيَّةِ إِذَا قُرِئَتْ وَبَلَغَتْ مِائَةَ أَلْفٍ مَرَّةً تُسَمَّى
عِتَاقَةَ الْكُبْرَى وَلَوْ فِيْ سِنِّيْنَ عَدِيْدَةً فَإِنَّ الْمُوَالاَةَ لاَ
تُشْتَرَطُ اهـ
&
الفتاوى
الفقهية الكبرى - (ج 3 / صحـ : 191)
( وَسُئِلَ ) فَسَّحَ اللَّهُ فِي مُدَّتِهِ بِمَا لَفْظُهُ مَا
قِيْلَ إِنَّ الْمَوْتَى يُفْتَنُوْنَ فِيْ قُبُوْرِهِمْ أَيْ يُسْأَلُوْنَ كَمَا
أَطْبَقَ عَلَيْهِ الْعُلَمَاءُ سَبْعَةَ أَيَّامٍ هَلْ لَهُ أَصْلٌ ( فَأَجَابَ )
بِقَوْلِهِ نَعَمْ لَهُ أَصْلٌ أَصِيْلٌ فَقَدْ أَخْرَجَهُ جَمَاعَةٌ عَنْ طَاوُسِ
بِالسَّنَدِ الصَّحِيْحِ وَعُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ بِسَنَدٍ احْتَجَّ بِهِ ابْنُ
عَبْدِ الْبَرِّ وَهُوَ أَكْبَرُ مِنْ طَاوُسِ فِي التَّابِعِيْنَ بَلْ قِيْلَ
إنَّهُ صَحَابِيٌّ لأَنَّهُ وُلِدَ فِي زَمَنِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَكَانَ بَعْضَ زَمَنِ عُمَرَ بِمَكَّةَ وَمُجَاهِدٌ وَحُكْمُ هَذِهِ
الرِّوَايَاتِ الثَّلاَثِ حُكْمُ الْمَرَاسِيْلِ الْمَرْفُوْعَةِ ِلأَنَّ مَا لاَ
يُقَالُ مِنْ جِهَةِ الرَّأْيِ إذَا جَاءَ عَنْ تَابِعِيٍّ يَكُوْنُ فِي حُكْمِ
الْمُرْسَلِ الْمَرْفُوْعِ إلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
كَمَا بَيَّنَهُ أَئِمَّةُ الْحَدِيْثِ وَالْمُرْسَلُ حُجَّةٌ عِنْدَ اْلأَئِمَّةِ
الثَّلاَثَةِ وَكَذَا عِنْدَنَا إذَا اعْتُضِدَ وَقَدْ اعْتُضِدَ مُرْسَلُ طَاوُسِ
بِالْمُرْسَلَيْنِ اْلآخَرَيْنِ بَلْ إذَا قُلْنَا بِثُبُوْتِ صُحْبَةِ عُبَيْدِ
بْنِ عُمَيْرٍ كَانَ مُتَّصِلاً لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَبِقَوْلِهِ اْلآتِي عَنِ الصَّحَابَةِ كَانُوْا يَسْتَحِبُّوْنَ إلخ لِمَا
يَأْتِيْ أَنَّ حُكْمَهُ حُكْمُ الْمَرْفُوْعِ عَلَى الْخِلاَفِ فِيْهِ وَفِي
بَعْضِ تِلْكَ الرِّوَايَاتِ زِيَادَةُ إنَّ الْمُنَافِقَ يُفْتَنُ أَرْبَعِيْنَ
صَبَاحًا وَمِنْ ثَمَّ صَحَّ عَنْ طَاوُسِ أَيْضًا أَنَّهُمْ كَانُوْا
يَسْتَحِبُّوْنَ أَنْ يُطْعَمَ عَنْ الْمَيِّتِ تِلْكَ اْلأَيَّامَ وَهَذَا مِنْ
بَابِ قَوْلِ التَّابِعِيِّ كَانُوْا يَفْعَلُوْنَ وَفِيْهِ قَوْلاَنِ ِلأَهْلِ
الْحَدِيْثِ وَاْلأُصُولِ أَحَدُهُمَا أَنَّهُ أَيْضًا مِنْ بَابِ الْمَرْفُوعِ
وَأَنَّ مَعْنَاهُ كَانَ النَّاسُ يَفْعَلُوْنَ ذَلِكَ فِي عَهْدِ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَيَعْلَمُ بِهِ وَيُقِرُّ عَلَيْهِ
وَالثَّانِيْ أَنَّهُ مِنْ بَابِ الْعَزْوِ إلَى الصَّحَابَةِ دُونَ انْتِهَائِهِ
إلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى هَذَا قِيْلَ إِنَّهُ
إخْبَارٌ عَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ فَيَكُوْنُ نَقْلاً لِْلإِجْمَاعِ وَقِيْلَ
عَنْ بَعْضِهِمْ وَرَجَّحَهُ النَّوَوِيُّ فِي شَرْحِ مُسْلِمٍ وَقَالَ
الرَّافِعِيُّ مِثْلُ هَذَا اللَّفْظِ يُرَادُ بِهِ أَنَّهُ كَانَ مَشْهُوْرًا فِي
ذَلِكَ الْعَهْدِ مِنْ غَيْرِ نَكِيْرٍ ثُمَّ مَا ذُكِرَ فِي السُّؤَالِ عَنِ
الْعُلَمَاءِ مِنْ أَنَّ الْمُرَادَ بِالْفِتْنَةِ سُؤَالُ الْمَلَكَيْنِ صَحِيْحٌ
.وَيُؤَيِّدُهُ خَبَرُ الْبُخَارِيِّ { أُوْحِيَ إلَيَّ أَنَّكُمْ تُفْتَنُوْنَ
فِي الْقُبُوْرِ فَيُقَالُ مَا عِلْمُكَ بِهَذَا الرَّجُلِ } إلخ وَرَوَى ابْنُ
أَبِي الدُّنْيَا { أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِعُمَرَ
كَيْفَ أَنْتَ إذَا رَأَيْتَ مُنْكَرًا وَنَكِيْرًا قَالَ وَمَا مُنْكَرٌ وَنَكِيْرٌ
قَالَ فَتَّانَا الْقَبْرِ } الْحَدِيْثُ وَفِي مُرْسَلٍ عِنْدَ أَبِيْ نُعَيْمٍ {
فَتَّانُ الْقَبْرِ ثَلاَثَةٌ أَنَكُوْرُ وَنَاكُوْرُ وَرُوْمَانُ } وَفِيْ حَدِيْثٍ
مَرْفُوْعٍ رَوَاهُ ابْنُ الْجَوْزِيِّ { فَتَّانُو الْقَبْرِ أَرْبَعَةٌ مُنْكَرٌ
وَنَكِيْرٌ وَنَاكُوْرُ وَرُوْمَانُ } وَاعْلَمْ أَنَّهُ لَيْسَ فِي ذِكْرِ
السَّبْعَةِ اْلأَيَّامِ مُعَارَضَةٌ لِْلأَحَادِيْثِ الصَّحِيْحَةِ ِلأَنَّهَا
مُطْلَقَةٌ وَهَذَا فِيْهِ زِيَادَةٌ عَلَيْهَا فَوَجَبَ قَبُوْلُهَا كَمَا هُوَ
مُقَرَّرٌ فِي اْلأُصُوْلِ وَقَوْلُهُ فِيْهَا نَعمْ صَالِحًا لاَ يُنَافِيْهِ
السُّؤَالُ فِي يَوْمٍ ثَانٍ وَهَكَذَا خِلاَفًا لِمَنْ وَهَمَ فِيْهِ وَنَظِيْرُ
ذَلِكَ أَنَّهُ أَطْلَقَ السُّؤَالَ فِيْهَا وَفِيْ حَدِيْثٍ حَسَنٍ إنَّ
السُّؤَالَ يُعَادُ عَلَيْهِ فِي الْمَجْلِسِ الْوَاحِدِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ فَإِنَّهُ
جَاءَ فِي أَحَادِيْثَ أَنَّ السَّائِلَ مَلَكٌ وَفِيْ أَحَادِيْثَ إنَّهُ
مَلَكَانِ وَأَحَادِيْثَ إنَّهُ ثَلاَثَةٌ وَأَحَادِيْثَ إِنَّهُ أَرْبَعَةٌ وَلاَ
تَنَافِيَ ِلأَنَّ ذَاكِرَ الْوَاحِدِ لَمْ يَقُلْ وَلاَ يَأْتِيْهِ غَيْرُهُ
ذَكَرَهُ الْقُرْطُبِِيُّ وَاعْلَمْ أَيْضًا أَنَّ السُّؤَالَ فِيْمَا بَعْدَ
الْيَوْمِ اْلأَوَّلِ تَأْكِيْدٌ لَهُ لِحَدِيْثِ إنَّهُمْ لاَ يُسْأَلُوْنَ عَنْ
شَيْءٍ سِوَى مَا ذُكِرَ فِي السُّؤَالِ اْلأَوَّلِ وَحِكْمَةُ التَّكْرِيْرِ
تَمْحِيْصُ الصَّغَائِرِ وَإِظْهَارُ شَرَفِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَمَزِيَّتِهِ عَلَى سَائِرِ اْلأَنْبِيَاءِ فَإِنَّ سُؤَالَ الْقَبْرِ إنَّمَا جُعِلَ
تَعْظِيْمًا لَهُ إذْ لَمْ يُجْعَلْ ذَلِكَ لِنَبِيٍّ غَيْرَهِ وَصَحَّ حَدِيْثُ {
وَأَمَّا فِتْنَةُ الْقَبْرِ فَبِيْ يُفْتَنُوْنَ وَعَنِّيْ يُسْأَلُوْنَ }
وَبَيَّنَ الْحَكِيْمُ التِّرْمِذِيُّ أَنَّ سُؤَالَ الْقُبُوْرِ خَاصٌّ بِهَذِهِ
اْلأُمَّةِ فَإِنْ قُلْتَ لِمَ كُرِّرَ اْلإِطْعَامُ سَبْعَةَ أَيَّامٍ دُونَ
التَّلْقِيْنِ قُلْتُ ِلأَنَّ مَصْلَحَةَ اْلإِطْعَامِ مُتَعَدِّيَةٌ وَفَائِدَتُهُ
لِلْمَيِّتِ أَعْلَى إذِ اْلإِطْعَامُ عَنْ الْمَيِّتِ صَدَقَةٌ وَهِيَ تُسَنُّ
عَنْهُ إجْمَاعًا وَالتَّلْقِينُ أَكْثَرُ الْعُلَمَاءِ عَلَى أَنَّهُ بِدْعَةٌ
وَإِنْ كَانَ اْلأَصَحُّ عِنْدَنَا خِلاَفَهُ لِمَجِيْءِ الْحَدِيْثِ بِهِ
وَالضَّعِيْفُ يُعْمَلُ بِهِ فِي الْفَضَائِلِ اهـ
6.
SIKAP MENEMUKAN JENAZAH MENGAPUNG DAN HANYUT
Beberapa waktu lalu terjadi musibah banjir yang
menenggelamkan sejumlah daerah di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan
Solo. Karena saking dahsyatnya, sehingga ribuan kerangka manusia dan jenazah
yang masih baru, terangkat dan berserakan diberbagai lokasi di sekitar
pekuburan. Warga setempat berusaha mengumpulkannya, akan tetapi diperkirakan
masih terdapat ratusan kerangka lainnya yang belum berhasil ditemukan. Problematika
muncul ketika masyarakat setempat ingin mengebumikan jenazah dan
kerangka-kerangka yang hanyut, karena ketinggian air yang mencapai leher orang
dewasa. Dan wilayah yang tidak tergenang air berada di tempat yang jauh, serta
sulit dijangkau diakibatkan sejumlah akses yang menghubungkan dusun itu ke desa
lainnya terputus. Sikap apa yang harus diambil oleh masyarakat setempat
terhadap jenazah dan kerangka-kerangka yang hanyut dalam permasalahan di atas?
Jawab: Harus berusaha semaksimal mungkin untuk men-tajhîz
mayat secara terhormat. Namun apabila tidak mungkin, maka diperinci;
@
Apabila
ada kemungkinan banjir surut sebelum mayat taghayyur, maka wajib untuk
merawat mayat dan menunggu banjir surut untuk menguburkan kembali di tempat
semula.
@
Apabila
kemungkinan banjir tidak surut sebelum mayat taghayyur, maka mayat harus
dikubur di daerah lain yang tidak terkena banjir.
@
Apabila
kedua urutan di atas tidak mungkin dilakukan, maka demi menjaga kehormatan
mayat, satu-satunya alternatif adalah dengan menenggelamkan mayat atau
menghanyutkannya, dengan harapan akan ada pihak yang bisa merawatnya dengan
terhormat.
Catatan: Jika memungkinkan, maka sikap yang pertama
kali harus diambil adalah meminta bantuan kepada pihak yang bisa merawat mayat
secara terhormat.
Referensi:
& تحفة المحتاج الجزء الثالث صحـ
: 203 مكتبة دار إحياء التراث العربي
(قَوْلُهُ يَعُمُّ
مَقْبَرَةَ الْبَلَدِ إلخ) أَيْ وَلَوْ فِيْ بَعْضِ فُصُوْلِ السَّنَةِ كَأَنْ
كَانَ الْمَاءُ يُفْسِدُهَا زَمَنَ النِّيْلِ دُوْنَ غَيْرِهِ فَيَجُوْزُ نَقْلُهُ
فِي جَمِيْعِ السَّنَةِ وَيَنْبَغِيْ أَنَّ مَحَلَّ جَوَازِ النَّقْلِ مَا لَمْ
يَتَغَيَّرْ وَإِلاَّ دُفِنَ بِمَكَانِهِ وَيُحْتَاطُ فِيْ إحْكَامِ قَبْرِهِ
بِالْبِنَاءِ وَنَحْوِهِ كَجَعْلِهِ فِي صُنْدُوْقٍ ع ش (قَوْلُهُ إلَى مَا لَيْسَ
كَذَلِكَ) أَيْ وَلَوْ فِي بَلَدٍ آخَرَ يَسْلَمُ مِنْهُ الْمَيِّتُ مِنْ
الْفَسَادِ ع ش (قَوْلُهُ وَبَحَثَ بَعْضُهُمْ إلَخْ) ضَعِيْفٌ ع ش اهـ
& الأم الجزء الأول صحـ : 304 مكتية
دار المعرفة
وَإِنْ مَاتَ مَيِّتٌ فِي
سَفِيْنَةٍ فِي الْبَحْرِ صُنِعَ بِهِ هَكَذَا فَإِنْ قَدَرُوْا عَلَى دَفْنِهِ
وَإِلاَّ أَحْبَبْتُ أَنْ يَجْعَلُوْهُ بَيْنَ لَوْحَيْنِ وَيَرْبِطُوْهُمَا
بِحَبْلٍ لِيَحْمِلاَهُ إلَى أَنْ يَنْبِذَهُ الْبَحْرُ بِالسَّاحِلِ فَلَعَلَّ
الْمُسْلِمِيْنَ أَنْ يَجِدُوْهُ فَيُوَارُوْهُ اهـ
& المجموع الجزء الخامس صحـ : 249 مكتبة مطبعة المنيرية
( الشَّرْحُ ) قَالَ
أَصْحَابُنَا رحمهم الله إذَا مَاتَ مُسْلِمٌ فِي الْبَحْرِ وَمَعَهُ رُفْقَةٌ
فَإِنْ كَانَ بِقُرْبِ السَّاحِلِ وَأَمْكَنَهُمُ الْخُرُوْجُ بِهِ إلَى
السَّاحِلِ وَجَبَ عَلَيْهِمُ الْخُرُوْجُ بِهِ وَغَسْلُهُ وَتَكْفِيْنُهُ وَالصَّلاَةُ
عَلَيْهِ وَدَفْنُهُ قَالُوْا فَإِنْ لَمْ يُمْكِنْهُمْ لِبُعْدِهِمْ مِنَ
السَّاحِلِ أَوْ لِخَوْفِ عَدُوٍّ أَوْ سَبُعٍ أَوْ غَيْرِ ذَلِكَ لَمْ يَجِبِ
الدَّفْنُ فِي السَّاحِلِ بَلْ يَجِبُ غُسْلُهُ وَتَكْفِيْنُهُ وَالصَّلاَةُ
عَلَيْهِ ثُمَّ يُجْعَلُ بَيْنَ لَوْحَيْنِ وَيُلْقَى فِي الْبَحْرِ لِيُلْقِيَهُ
إلَى السَّاحِلِ فَلَعَلَّهُ يُصَادِفُهُ مَنْ يَدْفَنُهُ قَالَ الشَّافِعِيُّ فِي
اْلأُمِّ فَإِنْ لَمْ يَجْعَلُوْهُ بَيْنَ لَوْحَيْنِ وَيُلْقُوْهُ إلَى
السَّاحِلِ بَلْ أَلْقَوْهُ فِي الْبَحْرِ رَجَوْتُ أَنْ يَسَعَهُمْ هَذَا
لَفْظُهُ وَنَقَلَ الشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ وَصَاحِبُ الشَّامِلِ أَنَّ
الشَّافِعِيَّ رحمه الله قَالَ لَمْ يَأْثَمُوْا إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى
وَهُوَ مَعْنَى قَوْلِهِ رَجَوْتُ أَنْ يَسَعَهُمْ فَإِنْ كَانَ أَهْلُ السَّاحِلِ
كُفَّارًا قَالَ الشَّافِعِيُّ فِي اْلأُمِّ جُعِلَ بَيْنَ لَوْحَيْنِ وَأُلْقِيَ
فِي الْبَحْرِ وَقَالَ الْمُزَنِيّ رحمه الله يُثْقَلُ بِشَيْءٍ لِيَنْزِلَ إلَى
أَسْفَلِ الْبَحْرِ لِئَلاَ يَأْخُذَهُ الْكُفَّارُ فَيُغَيِّرُوْا سُنَّةَ
الْمُسْلِمِيْنَ فِيْهِ قَالَ الْمُزَنِّيّ إنَّمَا قَالَ الشَّافِعِيُّ إنَّهُ
يُلْقَى إلَى السَّاحِلِ إذَا كَانَ أَهْلُ الْجَزَائِرِ مُسْلِمِيْنَ أَمَّا إذَا
كَانُوْا كُفَّارًا فَيُثَقَّلُ بِشَيْءٍ حَتَّى يَنْزِلَ إلَى الْقَرَارِ قَالَ
أَصْحَابُنَا وَاَلَّذِيْ نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ مِنَ اْلإِلْقَاءِ إلَى
السَّاحِلِ أَوْلَى ِلأَنَّهُ يَحْتَمِلُ أَنْ يَجِدَهُ مُسْلِمٌ فَيَدْفَنُهُ
إلَى الْقِبْلَةِ وَأَمَّا عَلَى قَوْلِ الْمُزَنِّيِّ فَيُتَيَقَّنُ تَرْكُ
دَفْنِهِ بَلْ يُلْقِيْهِ لِلْحِيْتَانِ هَذَا الَّذِيْ ذَكَرْنَاهُ هُوَ الْمَشْهُوْرُ
فِيْ كُتُبِ اْلأَصْحَابِ قَالَ الشَّيْخُ أَبُو حَامِدٍ وَابْنُ الصَّبَّاغِ إنَّ
الْمُزَنِّيَّ ذَكَرَ مَذْهَبَهُ هَذَا فِيْ جَامِعِهِ الْكَبِيْرِ وَأَنْكَرَ
الْقَاضِيْ أَبُو الطَّيِّبِ فِي تَعْلِيْقِهِ عَلَى اْلأَصْحَابِ نَقْلَهُمْ
هَذَا عَنْ الْمُزَنِّيِّ وَقَالَ طَلَبْتُ هَذِهِ الْمَسْأَلَةَ فِي الْجَامِعِ
الْكَبِيْرِ فَوَجَدْتُهَا عَلَى مَا قَالَهُ الشَّافِعِيُّ فِي اْلأُمِّ وَذَكَرَهَا
صَاحِبُ الْمُسْتَظْهِرِيِّ كَمَا ذَكَرَهَا الْمُصَنِّفُ فَكَأَنَّهُمَا اخْتَارَا
مَذْهَبَ الْمُزَنِّيِّ قَالَ أَصْحَابُنَا رحمهم الله وَالصَّحِيْحُ مَا قَالَهُ
الشَّافِعِيُّ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ
وَرَوَى الْبَيْهَقِيُّ بِإِسْنَادٍ صَحِيْحٍ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ أَبَا طَلْحَةَ
رضي الله عنهما رَكِبَ الْبَحْرَ فَمَاتَ فَلَمْ يَجِدُوْا لَهُ جَزِيرَةً إلاَّ
بَعْدَ سَبْعَةِ أَيَّامٍ فَدَفَنُوْهُ فِيْهَا وَلَمْ يَتَغَيَّرْ اهـ
& الموسوعة الفقهية الجزء 21 صحـ
: 8 مكتبة وزارة الأوقاف الكويتية
( دَفْنٌ ) التَّعْرِيفُ الدَّفْنُ فِي اللُّغَةِ بِمَعْنَى
الْمُوَارَاةِ وَالسَّتْرِ يُقَالُ دَفَنَ الْمَيِّتَ وَارَاهُ وَدَفَنَ سِرَّهُ
أَيْ كَتَمَهُ وَفِي اْلاصْطِلاَحِ مُوَارَاةُ الْمَيِّتِ فِي التُّرَابِ ( الْحُكْمُ
اْلإِجْمَالِيُّ ) دَفْنُ الْمُسْلِمِ فَرْضُ كِفَايَةٍ إجْمَاعًا إنْ أَمْكَنَ
وَالدَّلِيْلُ عَلَى وُجُوبِهِ تَوَارُثُ النَّاسِ مِنْ لَدُنْ آدَمَ عليه السلام
إلَى يَوْمِنَا هَذَا مَعَ النَّكِيْرِ عَلَى تَارِكِهِ وَأَوَّلُ مَنْ قَامَ
بِالدَّفْنِ هُوَ قَابِيْلُ الَّذِي أَرْشَدَهُ اللَّهُ إلَى دَفْنِ أَخِيْهِ
هَابِيْلَ لِمَا جَاءَ فِيْ قَوْلِهِ تَعَالَى{ فَبَعَثَ اللَّهُ غُرَابًا
يَبْحَثُ فِي اْلأَرْضِ لِيُرِيَهُ كَيْفَ يُوَارِيْ سَوْأَةَ أَخِيْهِ قَالَ يَا
وَيْلَتَى أَعَجَزْتُ أَنْ أَكُوْنَ مِثْلَ هَذَا الْغُرَابِ فَأُوَارِيَ سَوْأَةَ
أَخِيْ فَأَصْبَحَ مِنْ النَّادِمِيْنَ } وَإِذَا لَمْ يُمْكِنْ كَمَا لَوْ مَاتَ
فِي سَفِينَةٍ غُسِلَ وَكُفِّنَ وَصُلِّيَ عَلَيْهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي الْبَحْرِ
إنْ لَمْ يَكُنْ قَرِيْبًا مِنَ الْبَرِّ وَتَقْدِيْرُ الْقُرْبِ بِأَنْ يَكُوْنَ
بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَرِّ مُدَّةٌ لاَ يَتَغَيَّرُ فِيْهَا الْمَيِّتُ وَصَرَّحَ
بَعْضُ الْفُقَهَاءِ أَنَّهُ يُثَقَّلُ بِشَيْءٍ لِيَرْسُبَ وَقَالَ الشَّافِعِيُّ
يُثَقَّلُ إنْ كَانَ قَرِيْبًا مِنْ دَارِ الْحَرْبِ وَإِلاَّ يُرْبَطُ بَيْنَ
لَوْحَيْنِ لِيَحْمِلَهُ الْبَحْرُ إلَى السَّاحِلِ فَرُبَّمَا وَقَعَ إلَى قَوْمٍ
يَدْفَنُوْنَهُ اهـ
& نهاية المحتاج الجزء الثاني صحـ
: 61 مكتبة دار الفكر
قَالَ م ر وَتَجِبُ
إعَادَةُ الْكَفَنِ كُلَّمَا بَلِيَ وَظَهَرَ الْمَيِّتُ وَالْوُجُوْبُ عَلَى مَنْ
تَلْزَمُهُ نَفَقَتُهُ فِي الْحَيَاةِ كَمَا تَجِبُ النَّفَقَةُ أَبَدًا لَوْ
كَانَ حَيًّا هَذَا مَا قَرَّرَهُ م ر فِي دَرْسِهِ فَقُلْتُ لَهُ هَلاَّ وَجَبَ
عَلَى عُمُوْمِ الْمُسْلِمِيْنَ فَامْتَنَعَ وَيَلْزَمُهُ أَنْ يُقَيِّدَ
قَوْلَهُمْ إنَّهُ إذَا سُرِقَ الْكَفَنُ بَعْدَ السِّمَةِ لَمْ يَلْزَمْهُ
تَكْفِيْنُهُ مِنَ التِرْكَةِ بِمَا إذَا لَمْ يَكُنْ فِي الْوَرَثَةِ مَنْ
تَلْزَمُهُ نَفَقَةُ الْمَيِّتِ حَيًّا اهـ سم عَلَى مَنْهَج وَلَعَلَّ الْمُرَادَ
مِنْ قَوْلِهِ فَقُلْتُ لَهُ هَلاَّ أَنَّهُ امْتَنَعَ مِنْ وُجُوْبِهِ عَلَى
عُمُوْمِ الْمُسْلِمِيْنَ مَعَ وُجُوْدِ مَنْ تَجِبُ عَلَيْهِ نَفَقَتُهُ فِي
الْحَيَاةِ وَإِلاَّ فَالْقِيَاسُ وُجُوْبُهُ عَلَى بَيْتِ الْمَالِ ثُمَّ إنْ
لَمْ يَكُنْ شَيْءٌ فَعَلَى عُمُوْمِ الْمُسْلِمِيْنَ أَخْذًا مِنْ قَوْلِ
الشَّارِحِ اْلآتِيْ وَلَوْ لَمْ يَكُنْ لِلْمَيِّتِ مَالٌ وَلاَ مَنْ تَلْزَمُهُ
نَفَقَتُهُ إلخ .وَيَدْخُلُ فِيْ قَوْلِهِ وَتَجِبُ إعَادَةُ الْكَفَنِ كُلَّمَا
إلخ أَنَّ مَا يَقَعُ كَثِيْرًا مِنْ ظُهُوْرِ عِظَامِ الْمَوْتَى مِنْ الْقُبُوْرِ
ِلانْهِدَامِهَا أَوْ نَحْوِهِ يَجِبُ فِيْهِ سَتْرُهُ وَدَفْنُهُ عَلَى مَنْ
تَجِبُ عَلَيْهِ نَفَقَتُهُ إنْ كَانَ وَعُرِفَ ثُمَّ بَيْتِ الْمَالِ ثُمَّ
أَغْنِيَاءِ الْمُسْلِمِيْنَ اهـ
7.
HUKUM MEMBACA
FATIHAH UNTUK BAGINDA NABI
SAW.
Surat Fatihah, biasanya dibaca
di awal kegiatan serta penghujung acara. Dan dalam pembacaan surat Fatihah dibagi
menjadi tiga. Pertama ditujukan kepada baginda Nabi Saw. Kedua kepada para Shahâbat
dan Tabi’în dan seterusnya. Yang terakhir para wali, ulama’ dan orang-orang
Islam. Bagaimana hukum membaca Fatihah yang pahalanya dihadiahkan pada beliau
Nabi Saw. Padahal secara dalil yang jelas, hanya membaca shalâwat kepada beliau
Nabi Saw. yang mendapat legalitas kesunahan? Dan apakah pahalanya bisa sampai?
Jawab: Hukumnya sunah, karena disamakan (dianalogikan)
pada shalâwat dan bisa sampai atau dapat mengalir kepada yang dituju, serta hal
ini juga bisa terjadi pada selain Nabi Saw.
Referensi:
&
فتاوى
الرملي الجزء 3 صحـ : 125 مكتبة الإسلامية
( سُئِلَ ) عَمَّنْ قَرَأَ
شَيْئًا مِنَ الْقُرْآنِ وَأَهْدَى ثَوَابَهُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مِثْلَ وَأَوْصِلْ إلَى حَضْرَتِهِ أَوْ زِيَادَةً فِيْ شَرَفِهِ أَوْ
مُقَدَّمًا بَيْنَ يَدَيْهِ أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ كَمَا جَرَتْ بِهِ الْعَادَةُ هَلْ
ذَلِكَ جَائِزٌ مَنْدُوْبٌ يُؤْجَرُ فَاعِلُهُ أَوْ لاَ وَمَنْ مَنَعَ ذَلِكَ مُتَمَسِّكًا
بِأَنَّهُ أَمْرٌ مُخْتَرَعٌ لَمْ يَرِدْ بِهِ أَثَرٌ وَلاَ يَنْبَغِيْ أَنْ
يُجْتَرَأَ عَلَى مَقَامِهِ الشَّرِيْفِ إلاَّ بِمَا وَرَدَ كَالصَّلاَةِ عَلَيْهِ
وَسُؤَالِ الْوَسِيْلَةِ هَلْ هُوَ مُصِيْبٌ أَوْ لاَ ( فَأَجَابَ ) نَعَمْ ذَلِكَ
جَائِزٌ بَلْ مَنْدُوْبٌ قِيَاسًا عَلَى الصَّلاَةِ عَلَيْهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَسُؤَالِ الْوَسِيلَةِ وَالْمَقَامِ الْمَحْمُوْدِ وَنَحْوِهِ
ذَلِكَ بِجَامِعِ الدُّعَاءِ بِزِيَادَةِ تَعْظِيْمِهِ وَقَدْ جَوَّزَهُ
جَمَاعَاتٌ مِنَ الْمُتَأَخِّرِيْنَ وَعَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ وَمَا رَآهُ
الْمُسْلِمُوْنَ حَسَناً فَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ حَسَنٌ فَالْمَانِعُ مِنْ ذَلِكَ
غَيْرُ مُصِيْبٍ اهـ
&
رد
المحتارللحنفي الجزء الثاني صحـ : 244 مكتبة
دار الكتب العلمية
قُلْتُ لَكِنْ سُئِلَ ابْنُ حَجَرٍ الْمَكِّيُّ عَمَّا لَوْ قَرَأَ ِلأَهْلِ
الْمَقْبَرَةِ الْفَاتِحَةَ هَلْ يُقْسَمُ الثَّوَابُ بَيْنَهُمْ أَوْ يَصِلُ
لِكُلٍّ مِنْهُمْ مِثْلُ ثَوَابِ ذَلِكَ كَامِلاً فَأَجَابَ بِأَنَّهُ أَفْتَى
جَمْعٌ بِالثَّانِيْ وَهُوَ اللاَّئِقُ بِسَعَةِ الْفَضْلِ مَطْلَبٌ فِيْ إهْدَاءِ
ثَوَابِ الْقِرَاءَةِ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ [ تَتِمَّةٌ
] ذَكَرَ ابْنُ حَجَرٍ فِي الْفَتَاوَى الْفِقْهِيَّةِ أَنَّ الْحَافِظَ ابْنَ
تَيْمِيَّةَ زَعَمَ مَنْعَ إهْدَاءِ ثَوَابِ الْقِرَاءَةِ لِلنَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ِلأَنَّ جَنَابَهُ الرَّفِيْعَ لاَ يُتَجَرَّأُ عَلَيْهِ
إِلاَّ بِمَا أَذِنَ فِيْهِ وَهُوَ الصَّلاَةُ عَلَيْهِ وَسُؤَالُ الْوَسِيْلَةِ
لَهُ قَالَ وَبَالَغَ السُّبْكِيُّ وَغَيْرُهُ فِي الرَّدِّ عَلَيْهِ بِأَنَّ
مِثْلَ ذَلِكَ لاَ يَحْتَاجُ ِلإِذْنٍ خَاصٍّ أَلاَ تَرَى أَنَّ ابْنَ عُمَرَ
كَانَ يَعْتَمِرُ عَنْهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عُمُرًا بَعْدَ مَوْتِهِ
مِنْ غَيْرِ وَصِيَّةٍ وَحَجَّ ابْنُ الْمُوَفَّقِ وَهُوَ فِيْ طَبَقَةِ الْجُنَيْدِ
عَنْهُ سَبْعِيْنَ حِجَّةً وَخَتَمَ ابْنُ السِّرَاجِ عَنْهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَكْثَرَ مِنْ عَشَرَةِ آلاَفِ خَتْمَةٍ وَضَحَّى عَنْهُ مِثْلَ ذَلِكَ اهـ
قُلْتُ رَأَيْتُ نَحْوَ ذَلِكَ بِخَطِّ مُفْتِي الْحَنَفِيَّةِ الشِّهَابِ
أَحْمَدَ بْنِ الشَّلَبِيِّ شَيْخِ صَاحِبِ الْبَحْرِ نَقْلاً عَنْ شَرْحِ
الطَّيِّبَةِ لِلنُّوَيْرِيِّ وَمِنْ جُمْلَةِ مَا نَقَلَهُ أَنَّ ابْنَ عَقِيْلٍ مِنَ
الْحَنَابِلَةِ قَالَ يُسْتَحَبُّ إِهْدَاؤُهَا لَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ اهـ قُلْتُ وَقَوْلُ عُلَمَائِنَا لَهُ أَنْ يَجْعَلَ ثَوَابَ عَمَلِهِ
لِغَيْرِهِ يَدْخُلُ فِيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَإِنَّهُ أَحَقُّ بِذَلِكَ حَيْثُ أَنْقَذَنَا مِنَ الضَّلاَلَةِ فَفِيْ ذَلِكَ
نَوْعُ شُكْرٍ وَإِسْدَاءٌ جَمِيْلٌ لَهُ وَالْكَامِلُ قَابِلٌ لِزِيَادَةِ
الْكَمَالِ وَمَا اسْتَدَلَّ بِهِ بَعْضُ الْمَانِعِيْنَ مِنْ أَنَّهُ تَحْصِيْلُ
الْحَاصِلِ ِلأَنَّ جَمِيْعَ أَعْمَالِ أُمَّتِهِ فِي مِيْزَانِهِ يُجَابُ عَنْهُ
بِأَنَّهُ لاَ مَانِعَ مِنْ ذَلِكَ فَإِنَّ اللَّهَ تَعَالَى أَخْبَرَنَا
بِأَنَّهُ صَلَّى عَلَيْهِ ثُمَّ أَمَرَنَا بِالصَّلاَةِ عَلَيْهِ بِأَنْ نَقُوْلَ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ وَكَذَا اخْتُلِفَ فِيْ إِطْلاَقِ
قَوْلِ اجْعَلْ ذَلِكَ زِيَادَةً فِيْ شَرَفِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَمَنَعَ مِنْهُ شَيْخُ اْلإِسْلاَمِ الْبُلْقِيْنِيُّ وَالْحَافِظُ ابْنُ حَجَرٍ ِلأَنَّهُ
لَمْ يَرِدْ لَهُ دَلِيْلٌ .وَأَجَابَ ابْنُ حَجَرٍ الْمَكِّيُّ فِي الْفَتَاوَى
الْحَدِيثِيَّةِ بِأَنَّ قَوْلَهُ تَعَالَى { وَقُلْ رَبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا }
وَحَدِيثَ مُسْلِمٍ { أَنَّهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُوْلُ
فِيْ دُعَائِهِ وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِيْ فِيْ كُلِّ خَيْرٍ } دَلِيلٌ
عَلَى أَنَّ مَقَامَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَمَالَهُ يَقْبَلُ
الزِّيَادَةَ فِي الْعِلْمِ وَالثَّوَابِ وَسَائِرِ الْمَرَاتِبِ وَالدَّرَجَاتِ
وَكَذَا وَرَدَ فِيْ دُعَاءِ رُؤْيَةِ الْبَيْتِ وَزِدْ مِنْ شَرَفِهِ وَعَظِّمْهُ
وَاعْتَمِرْهُ تَشْرِيْفًا إلخ فَيَشْمَلُ كُلَّ اْلأَنْبِيَاءِ وَيَدُلُّ عَلَى
أَنَّ الدُّعَاءَ لَهُمْ بِزِيَادَةِ الشَّرَفِ مَنْدُوْبٌ وَقَدِ اسْتَعْمَلَهُ اْلإِمَامُ
النَّوَوِيُّ فِيْ خُطْبَتَيْ كِتَابَيْهِ الرَّوْضَةِ وَالْمِنْهَاجِ وَسَبَقَهُ
إلَيْهِ الْحَلِيْمِيُّ وَصَاحِبُهُ الْبَيْهَقِيُّ وَقَدْ رَدَّ عَلَى
الْبُلْقِينِيِّ وَابْنِ حَجَرٍ شَيْخُ اْلإِسْلاَمِ الْقَايَاتِيُّ وَوَافَقَهُ
صَاحِبُهُ الشَّرَفُ الْمُنَاوِيُّ وَوَافَقَهُمَا أَيْضًا صَاحِبُهُمَا إمَامُ
الْحَنَفِيَّةِ الْكَمَالُ بْنُ الْهُمَامِ بَلْ زَادَ عَلَيْهِمَا
بِالْمُبَالَغَةِ حَيْثُ جَعَلَ كُلَّ مَا صَحَّ مِنَ الْكَيْفِيَّاتِ
الْوَارِدَةِ فِي الصَّلاَةِ عَلَيْهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْجُوْدًا
فِيْ كَيْفِيَّةِ الدُّعَاءِ بِزِيَادَةِ الشَّرَفِ وَهِيَ اللَّهُمَّ صَلِّ
أَبَدًا أَفْضَلَ صَلَوَاتِكَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَنَبِيِّك
وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا وَزِدْهُ تَشْرِيْفًا
وَتَكْرِيْمًا وَأَنْزِلْهُ الْمَنْزِلَ الْمُقَرَّبَ عِنْدَكَ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ اهـ فَانْظُرْ كَيْفَ جَعَلَ طَلَبَ هَذِهِ الزِّيَادَةِ مِنَ اْلأَسْبَابِ
الْمُقْتَضِيَةِ لِفَضْلِ هَذِهِ الْكَيْفِيَّةِ عَلَى غَيْرِهَا مِنَ الْوَارِدِ
كَصَلاَةِ التَّشَهُّدِ وَغَيْرِهَا وَهَذَا تَصْرِيْحٌ مِنْ هَذَا اْلإِمَامِ
الْمُحَقِّقِ بِفَضْلِ طَلَبِ الزِّيَادَةِ لَهُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَكَيْفَ مَعَ هَذَا يُتَوَهَّمُ أَنَّ فِيْ ذَلِكَ مَحْذُوْرًا وَوَافَقَهُمْ
أَيْضًا صَاحِبُهُمْ شَيْخُ اْلإِسْلاَمِ زَكَرِيَّا اهـ مُلَخَّصًا
b
0 komentar:
Post a Comment