Perencanaan Penentuan Score
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembelajaran ialah proses yang
menuntun kita menjadi seseorang yang lebih baik, baik pendidikan secara formal
maupun informal. Akan tetapi juga perlu dipahami bahwa proses pembelajaran juga
erat kaitanya dengan proses penilaian score.
Oleh karena itu disemester lima
dalam mata kuliah evaluasi pembelajaran, kami sebagai kelompok lima membahas lebih dalam tentang
cara penentuan score tes Obyektif dan tes Subjektif. Agar kami nantiya sebagai
calon pendidik dapat mengetahui bagaimana proses kegiatan pembelajaran yang
sebenaarnya.
Sebagaimana yang sudah kita ketahui bahwa dalam ajaran
agama islam bahwa banyak keterangan yang menjelaskan bahwa kita umat islam
berkewajiban menuntut ilmu dan juga diperintahkan untuk berfikir tentang
ciptaan allah, akan tetapi perlu kita ketahui didalam proses menuntut ilmu kita
perlu memperhatikan rambu rambu agar kita tidak keluar dari jalan yang sudah
ditentukan allah, supaya mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan barokah didunia
dan diakhirat.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian score ?
2.
Bagaimana cara Penentuan Score Tes Obyektif ?
3.
Bagaimana cara Penentuan Score Tes Subjektif ?
4.
Apa saja Kata kerja operasional
dan barokah
C.
Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui Pengertian score
2.
Mengetahui Penentuan Score Tes Obyektif
3.
Mengetahui Penentuan Score Tes Subjektif
4.
Mengetahui Kata
kerja operasional
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian score
Skor (scoring) adalah proses
pengubahan jawaban instrument menjadi angka – angka yang merupakan nilai
kuantitatif dari suatu jawaban item dalam instrument. Angka – angka hasil
penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai – nilai (grade). Menurut Mali El –
Bustani skor adalah hasil pekerjaaan memberikan angka yang diperoleh dari setiap
butir soal yang telah di jawab dengan benar dengan mempertimbangkan bobot
jawaban betulnya. Skor (scoring) adalah proses pengubahan
jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka.[1]
Penscoran
merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes. Pengolahannya
berupa pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka yang kemudian diubah
menjadi nilai-nilai melalui suatu proses pengolahan tertentu. Penggunaan simbol
untuk menyatakan nilai-nilai itu ada yang dengan angka, seperti angka dengan
rentangan 0 – 10, 0 – 100, 0 – 4, dan ada pula dengan huruf A, B, C, D, dan E.
Cara menskor hasil tes biasanya disesuaikan dengan bentuk soal-soal tes yang
dipergunakan, apakah tes hasil belajar (tertulis)
bentuk uraian (subjective test = essay test) dan tes hasil
belajar (tertulis) bentuk obyektif (objective test). Karena kedua bentuk
tes hasil belajar itu memiliki karakteristik yang berbeda, sudah barang tentu
teknik pemeriksaan hasil-hasilnya pun berbeda pula.
2.
Penentuan Score Tes Obyektif
Penentuan Score Obyektif dapat
dilakukan secara objektif karena tingkat kebenarannya pun bersifat objektif.
Score objektif tidak memberikan penilaian yang bertingkat karena hanya mengenal
jawaban benar dan salah. Apabila siswa memberikan respone jawaban sesuai yang
dikehendaki maka jawaban tersebut adalah benar dan biasanya diberi nilai 1.
Apabila kondisi yang terjadi sebaliknya
jawaban yang diberikan salah dan biasanya akan diberi nilai 0. Sehingga
kemungkinan jawaban hanya ada 2 yaitu benar atau salah. Macam – macam
tes objektif yaitu
a)
Pemberian Skor Pada Tes Benar – Salah (True – False)
Tes benar
salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang bernilai benar
atau salah. Biasanya ada dua pilihan jawaban yaitu huruf B yang berarti
pernyataan tersebut benar dan S yang berarti pernyataan tersebut salah. Tugas
peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut benar atau salah.
Contoh Tes Benar Salah:
B S : Jakarta adalah
Ibukota negara Indonesia
B S : Surabaya adalah
Ibukota propinsi jawa timur
B S : Bendera Indonesia
berwarna Merah Putih
Cara Melakukan Penskoran
Tes Benar Salah
Cara
Melakukan Penskoran Tes Benar Salah ada 2 yaitu dengan denda / hukuman dan
tanpa denda / hukuman. Meskipun kedua rumusnya berbeda tetapi hasilnya akan
sama.
Dengan Denda / hukuman adalah karena diragukan ada
unsur tebakan
S: Score R: Right / Benar W: Wrong / Salah
Contoh: jumlah soal 10, jawaban benar 7 dan jawaban
salah 3
Jadi score (S) = R – W
= 7 - 3 = 4
Tanpa Denda / hukuman adalah banyaknya angka
yang diperoleh siswa sebanyak jawaban yang cocok dengan kunci.
S: Score T:
Total / jumlah soal dalam tes W: Wrong / Salah
Contoh: jumlah soal 10,
jawaban benar 7 dan jawaban salah 3
Jadi score (S) = T – 2W
= 10 – (2 x 3) = 10 – 6 = 4
Kelebihan Tes Benar Salah:
Dapat
mencakup bahan yang luas dan tidak memakan tempat yang banyak; Mudah dalam
penyusunannya; Petunjuk mengerjakannya mudah dimengerti; Dapat digunakan
berkali-kali; Objektif dan Praktis
Kelemahan Tes Benar Salah:
Mudah
ditebak; Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan kemungkinan
benar atau salah; Reliabilitasnya rendah dan Hanya dapat mengungkapkan daya
ingat dan pengenalan kembali.[2]
b) Pemberian Skor Pada Tes Pilihan ganda (Multiple Choice Test)
Tes
pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang belum
lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa
kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan. Dengan bentuk tes seperti ini, siswa diminta untuk melingkari atau tanda
silang salah satu pilihan jawaban.
Contoh Tes Pilihan Ganda
Rukun islam yang pertama
adalah........
a.haji b.sholat c.zakat d.syahadat e.puasa
Cara Melakukan Penskoran
Tes Pilihan Ganda
Dalam
menentukan angka untuk tes bentuk pilihan ganda, dikenal 2 macam cara pula
yaitu dengan denda / hukuman dan rumus
tanpa denda/ hukuman
Dengan Denda / hukuman adalah karena diragukan ada
unsur tebakan
S = (R – W) :
(n – 1)
S: Score W: Wrong /
Salah
R: Right /
Benar n: Banyaknya Pilihan
Jawaban
Contoh: jumlah soal 20,
benar 16, salah 4 dan pilihan jawaban ada 5
Jadi score S = (R – W) :
(n – 1) = (16 – 4): (5 – 1) = 12 : 4 = 3
Tanpa Denda / hukuman adalah banyaknya angka
yang diperoleh siswa sebanyak jawaban yang cocok dengan kunci
S = R
S: Score R: Right /
Benar
Contoh: jumlah soal 10,
benar 8, salah 2 dan pilihan jawaban ada 4
Maka score S = R jadi nilainya S
= 8
Untuk tes obyektif bentuk pilihan ganda perhitungan skor akhir pada umumnya
tidak memperhitungkan sanksi berupa denda, sehingga rumus yang sering digunakan
adalah S = R Dengan kata lain, skor yang diberikan kepada siswa adalah sama
dengan jumlah jawaban betulnya.[3]
c) Pemberian Skor Pada Tes Menjodohkan (Matching Test)
Menjodohkan
terdiri atas satu sisi pertanyaan dan satu sisi jawaban, setiap pertanyaan
mempunyai jawaban pada sisi sebelahnya. Siswa ditugaskan untuk memasangkan atau
mencocokkan, sehingga setiap pertanyaan mempunyai jawaban yang benar. Cara
Melakukan Penskoran Tes Menjodohkan (Matching Test) yaitu
S = R
S: Score
R: Right /
Benar
Dengan rumus penskoran diatas item yang dijawab salah dan
dikosongkan dianggap salah dan nilainya 0 karena yang dihitung hanya item yang
dijawab betul. Contoh jumlah soal 10, jawaban benar 7, salah 2 dan dikosongkan
1 maka nilainya adalah 7.
Kelebihan Tes Menjodohkan (Matching Test):
Dipergunakan untuk menilai bermacam-macam hal;
Relatif mudah disusun; jika
disusun dengan baik, maka faktor menerka-nerka dapat dihilangkan; Dapat dinilai
dengan mudah, cepat dan objektif.
Kelemahan Tes Menjodohkan (Matching Test)
Sukar menyusun test jenis ini yang benar-benar baik; Untuk
menilai ingatan saja; Pengarahan jawaban sering terjadi;
Memakan banyak waktu dan tenaga untuk menyusunnya.[4]
d)
Pemberian Skor Pada Tes Isian (Complementary Test)
Tes isian
terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik). Bagian yang
dihilangkan ini yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian yang diminta
agar pernyataan yang dibuat menjadi pernyataan yang benar. Pada tes ini sulit
dilakukan tebakan, sehingga tidak diperlukan denda terhadap jawaban yang salah.
Maka rumus yang digunakan adalah :
S = R
S: Score
R: Right /
Benar
Contoh
jumlah soal 10, jawaban benar 7 jadi nilainya adalah 7
3. Penentuan
Score Subyektif (tes uraian)
Tes esai adalah suatu bentuk tes
yang terdiri dari pertanyaan atau suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa
uraian urauan yang relative panjang. Tes ini dirancang untuk mengukur hasil
belajar dimana unsur yang diperlukan untuk menjawab soal yang disusun sendiri
oleh guru. Soal uraian berbeda dengan
soal objektif dalam kebenarannya yang bertingkat. Kebenaran bertingkat
tergantung tingkat kesesuaian jawaban siswa dengan jawaban yang dikehendaki
yang ditulis didalam kunci jawaban.
Sebelum menyusun tes uraian
sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu pokok pokok jawaban yang kita
kehendaki. Dengan demikian akan mempermudah kita dalam mengoreksi jawaban
tersebut karena jawabanya yang kita peroleh pasti beraneka ragam. Berikut
langkah – Langkah pemberian skor yaitu
ü Membaca soal pertama dari seluruh
siswa untuk memperoleh gambaran mengenai lengkap tidaknya jawaban yang
diberikan siswa secara keseluruhan
ü Menentukan angka untuk soal pertama.
Misalnya jika jawabannya lengkap diberi angka 5 kurang sedikit 4 begitu
seterusnya
ü Mengulang langkah langkah tersebut
untuk soal ke 2,3,4 dan seterusnya
ü Menjumlah angka angka yang diperoleh
masing masing siswa untuk tes bentuk uraian
Alternatif kedua untuk pemberian
skor pada tes bentuk uraian adalah dengan menggunakan cara pemberian angka yang
relative. Misalnya untuk suatu nomor soal jawaban yang paling lengkap
mengandung 3 unsur padahal yang kita kehendaki 5 unsur maka jawaban yang paling
lengkap kita beri angka 5 sedangkan yang hanya menjawab 2 / 1 unsur kita beri
nilai yang lebih sedikit yaitu 3,2 dan seterusnya. Cara tersebut memberikan
angka dengan berdasarkan norma kelompok. Apabila dalam memberikan angka
berdasarkan standart mutlak maka langkah
langkahnya yaitu:
ü Membaca setiap jawaban yang diberikan
oleh siswa dan dibandingkan dengan kunci yang telah disusun
ü Membubuhkan skor disebelah kiri
setiap jawaban tiap nomor
ü Menjumlah skor yang telah ditulis
pada setiap soal
Dengan cara ini maka skor yang diperoleh siswa tidak dibandingkan
dnegan jawaban paling lengkap yang diberikan oleh siswa lain, tetapi
dibandingkan dengan jawaban lengkap yang dikehendaki dan sudah ditentukan oleh
guru[5]
Kelebihan Tes uraian (subjective test =
essay test)
ü Kekuatan soal untuk mengukur hasil
belajar yang kompleks dan melibatkan level kognif yang tinggi
ü Memberi kesempatan pada anak untuk
menyusun jawaban sesuai dengan jalan pikirannya sendiri
ü Tepat digunakan untuk melatih siswa
dalam mengemukakan dan mengorganisasi gagasan / ide serta lebih cepat dan mudag
membuatnya
ü Tepat digunakan untuk melatih siswa
dalam mengemukakan dan mengorganisasi gagasan / ide serta lebih cepat
membuatnya
Kelemahan Tes uraian (subjective test =
essay test)
ü Terdapat subjectivitas dalam
penilaiannya karena penilaian / situasi yang berbeda
ü Tes esai menghendaki jawaban yang
panjang sehingga tidak memungkinkan di tulis dalam jumlah banyak
(representative)
4. Kata
Kerja Operasional
Kata kerja operasional ada 3 yaitu kata kerja operasional kognitif,
afektif dan psikomotorik
a.
Kognitif
Upaya
pengembangan fungsi koqnitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap
koqnitif sendiri, melainkan terhadap afektif dan psikomotor. Ada dua macam
kecakapan koqnitif siswa yang perlu dikembangkan secara khusus oleh guru
yaitu:
Strategi
belajar memahami isi materi pelajaran
Strategi
menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap
pesan-pesan moral yang terkandung didalam materi tersebut.
Strategi adalah
prosedur mental yang berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan upaya yang
bersifat koqnitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan koqnitif atau kebiasaan
belajar. Pilihan tersebut yaitu menghafal prinsip yang ada dalam materi dana
mengaplikasikan prinsip-prinsip tersebut. Ada dua prefensi koqnitif yaitu
Dorongan
dari luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa menganggap belajar hanya
sebagai alat pencegah ketidakstabilan atau ketidaknaikkan. Aspirasi yang
dimilikinya bukan ingin menguasai materi secara mendalam tetapi hanya sekedar
lulus atau naik kelas semata
Dorongan
dari dalam (motif Intrinsik), dalam arti siswa tertarik dan membutuhkan
materi-materi yang disajikan gurunya.
Guru
dituntut untuk mengembangkan dengan kecakapan koqnitif siswa dalam memecahkan
masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya dan keyakinan terhadap pesan moral
yang terkandung dan menyatu dalam pengetahuan.
Ø Pengetahuan
/hafalan/ingatan
(knowledge).
Adalah
kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau
mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya,
tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan
adalah proses berfikir yang paling rendah. Salah satu contoh hasil belajar
kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal surat al fatihah dan
dapat menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, contoh Kata-kata instruksional yang sering digunakan:
Mendefinisikan, mendeskripsikan, mengidentifikasi, mendaftarkan, menjodohkan,
menyebutkan, menyatakan (state), mereproduksi, membaca, menghafalal, memilih,
menulis, mempelajari dan lain lain.
Ø Pemahaman (comprehension).
Adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik
dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi
uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya
sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih
tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah satu contoh misalnya: Peserta didik
atas dapatmenjawab pertanyaan guru dan dapat menguraikan tentang makna
kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-’Ashar secara lancar dan jelas. Kata-kata instruksional yang sering digunakan:
mempertahankan, membedakan, menduga (estimate), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasikan, memberikan, contoh, menuliskan kembali, menggunakan, dan
lain lain.
Ø Aplikasi/ penerapan
Adalah
kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara
ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan
sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah
merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman. Contohnya
Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang
diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga,
sekolah, maupun masyarakat. Kata-kata
instruksional yang sering digunakan: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan,
menemukan, memanipulasi, memodifikasi, mengoperasikan, meramalkan, menyiapkan,
menghasilkan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan dan lain
lain.
Ø Analisis.
Adalah
kemampuan seseorang untuk merinci / menguraikan suatu bahan / keadaan menurut
bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian atau
faktor yang satu dengan faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih
tinggi ketimbang jenjang aplikasi. Contoh Peserta didik dapat merenung dan
memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa
dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah
masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam. Kata-kata
instruksional yang sering digunakan: memerinci, menyusun diagram, membedakan,
mengidentifikasi, mengilustrasikan, menyimpulkan, menunjukkan, menghubungkan,
memilih, memisahkan, membagi (subdivides).
Ø Sintesis.
Adalah
kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis.
Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur
secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau
bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi
daripada jenjang analisis. Salah satu hasil belajar kognitif dari jenjang
sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis karangan tentang pentingnya
kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam. Kata-kata
instruksional yang sering digunakan: mengategorikan, mengombinasikan,
mengarang, menciptakan, membuat desain, menjelaskan, memodifikasikan,
mengorganisasikan, menyusun, membuat rencana, mengatur kembali,
merekronstuksikan, menghubungkan, mereorganisasikan, merevisi, menuliskan
kembali, menuliskan, menceritakan.
Ø
Evaluasi/
penilaian
Adalah jenjang
berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom.
Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang
dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang
terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada. Kata-kata instruksional yang sering digunakan:
menilai, membandingkan, menyimpulkan, mempertentangkan, mengkritik, mendeskripsikan,
membedakan, menerangkan, memutuskan, menafsirkan, menghubungkan, membantu (supports).[7]
b.
Afektif
Kebersihan
pengembangan koqnitif tidak hanya membuahkan kecakapan koqnitif akan tetapi
membuahkan kecakapan afektif. Pemahaman yang mendalam terhadap arti penting
materi serta preferensi. Koqnitif mementingkan aplikasi prinsip atau
meningkatkan kecakapan afektif para siswa. Peningkatan-peningkatan afektif ini
antara lain, berupa kesadaran beragama yang mantap
Ø Reesiving
/ penerimaan
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan
memberikan respon terhadap sitimulasi yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat
hasil belajar terendah dalam domain afektif. Kata-kata
instruksional yang sering digunakan: menanyakan, memilih, mendeskripsikan, mengikuti,
memberikan, mengidentifikasikan, menyebutkan, menunjukkan, memilih, menjawab.
Ø Responding / Pemberian
respon atau partisipasi
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini
siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi peserta dan tertarik. Kata-kata instruksional yang sering digunakan:
menjawab, membantu, mendiskusikan, menghormat, berbuat, melakukan, membaca,
memberikan, menghafal, melaporkan, memilih, menceritakan, menulis.
Ø Valuing /
Penilaian atau penentuan sikap
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita
menterikatkan diri pada objek atau kejadian tertentu dengan reaksi-reaksi
seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuan-tujuan tersebut dapat
diklasifikasikan menjadi “sikap dan apresiasi”. Kata-kata
instruksional yang sering digunakan: melengkapi, menggambarkan, membedakan,
menerangkan, mengikuti, membentuk, mengundang, menggabung, mengusulkan,
membaca, melaporkan, memilih, bekerja, mengambil bagian (share),
mempelajari.
Ø Organization
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap
yang berbeda yang membuat lebih konsisten dapat menimbulkan konflik-konflik
internal dan membentuk suatu sistem nilai internal, mencakup tingkah laku yang
tercermin dalam suatu filsafat hidup.Kata-kata
instruksional yang sering digunakan: mengubah, mengatur, menggabungkan,
membandingkan, melengkapi, mempertahankan, menerangkan, menggeneralisasikan,
mengidentifikasikan, mengintregasikan, memodifikasikan, mengorganisir,
menyiapkan, menghubungkan, mensistesiskan.
Ø Karakterisasi
/ pembentukan pola hidup (Characterization by value or
value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup
sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai teratur sehingga tingkah laku
menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan dalam kategori ini
ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa Kata-kata instruksional yang sering digunakan:
membedakan, menerapkan, mengusulkan, memperagakan, mempengaruhi, mendengarkan,
memodifikasikan, mempertunjukkan, menanyakan, merevisi, melayani, memecahkan,
menggunakan.[8]
c.
Psikomotorik
Ø Peniruan
terjadi ketika
siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang
diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada
umumnya dalam bentuk global dan tidak sempurna. Kata-kata
instruksional yang sering digunakan: menyesuaikan, mengatur, mengumpulkan,
mennimbang, membangun dan lain lain
Ø Manipulasi
Menekankan
perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan
pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini
siswa menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah
laku saja. Kata-kata instruksional yang sering digunakan:
memilah, melatih, memperbaiki, menempatkan, mencampur, mengisi, mengoreksi dan
lain lain
Ø Ketetapan
memerlukan
kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan.
Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada
tingkat minimum. Kata-kata instruksional yang sering digunakan:
menggantikan, memutar, mengirim, memindahkan, memproduksi, mengoperasi,
mengemas, membungkus dan lain lain.
Ø Artikulasi
Menekankan
koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan
mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan
yang berbeda. Kata-kata instruksional yang sering digunakan:
mempertajam, membentuk, memulai, menempel, mendengarkan, mengalihkan dan lain
lain.
Ø Pengalamiahan
Menurut tingkah
laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun
psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat
kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik. [9]
BAB III
KESIMPULAN
Pengertian score adalah proses
pengubahan jawaban instrument menjadi angka – angka yang merupakan nilai
kuantitatif dari suatu jawaban item dalam instrument. Angka – angka hasil
penilaian selanjutnya diproses menjadi nilai – nilai (grade).
Penentuan Score Tes Obyektif Penentuan Score Obyektif dapat
dilakukan secara objektif karena tingkat kebenarannya pun bersifat objektif.
Score objektif tidak memberikan penilaian yang bertingkat karena hanya mengenal
jawaban benar dan salah. Macam tes objectif yaitu tes benar salah, tes pilihan
ganda, tes menjodohkan, dan tes isian.
Penentuan Score Tes Subjektif
Kata kerja operasional ada 3 yaitu kata kerja operasional kognitif,
afektif dan psikomotorik
DAFTAR PUSTAKA
[1]Liskacita,
scoring dan penilaian, http://belajarekonomiii.blogspot.co.id/
(diakses pada 12 oktober 2016)
[3]Zain
Zuhaili,Teknik Pemberian Score, Https://Zainzuhaili.Wordpress.Com/
(Diakses Pada 12 Oktober 2016)
[5] Anas sudjiono, pemeriksaan dan pemberian skor, http://nengberbagi.blogspot.co.id/
(diakses
pada 12 oktober 2016)
[6] Bhima wibawa,tes objectif dan subjectif, http://bhimashraf.blogspot.co.id/
Diakses Pada 12 Oktober 2016)
[7] Zain
Zuhaili,Teknik Pemberian Score, Https://Zainzuhaili.Wordpress.Com/
(Diakses Pada 12 Oktober 2016)
[8]Ali
Mustafa, kata kerja operasional, https://alimmustafa.wordpress.com/(diakses
pada 12 oktober 2016)
[9]
Muhammad anshori, kata kerja operasional, http://ans29.blogspot.co.id/ (diakses Pada
12 Oktober 2016)
0 komentar:
Post a Comment